Kamis, 30 Juni 2016

Megic Houses












Dinda Kirana Part I

Bagikan :










Dinda Kirana, seorang artis yang masih sangat muda belia. Umurnya baru 16 menuju 17 tahun. Sebelumnya, dia hanya model iklan dan figuran di beberapa film dan ftv, tapi namanya langsung melejit ketika dia bermain sebagai Baby di sinetron Kepompong.
Peran Baby sebagai gadis ABG yang imut, manja, modis, namun agak lemot membuat semua orang yang menonton Kepompong begitu gemas dengannya. Wajahnya memang cantik nan imut. Sebuah wajah yang benar-benar sedap dipandang. Apalagi pipinya yang sedikit gembil. Hari ini hari sabtu, hari biasa bagi Dinda untuk atletik yang diwajibkan dari sekolahnya. Dia sampai di tempat yang biasa digunakan sekolahnya untuk tempat atletik. Dia berjalan ke gerbang.






“eh itu kan kak Baby yang maen Kepompong !”, teriak salah satu anak perempuan yang kelihatannya masih SMP.
“kak Baby kak Baby..tunggu sebentar dong”.
“iyaa ?”, dia menengok ke anak itu sambil tersenyum.
“boleh foto bareng gak ? aku ngefans banget sama kakak. boleh yah ? yah ?”.
“boleeh..”. Kalah gue, masa anak kecil, hpnya BB, pikir Dinda.
“sama minta tangannya dong, kak ?”.
“oke, kakak tanda tangan dimana nih ?”. Anak itu kebingungan mencari-cari di dalam tasnya.
“di sini aja, kak…”.
“nah udah..”.
“tambahin for Hana dong, kak”.
“naah, udah nih..”.
“waah makasih banget, kak..oh iya aku boleh minta satu lagi nggak, kak ?”.
“apa ?”.
“boleh nyubit pipi kakak nggak ? aku gemes bangeet”.
“oh yaudah boleh”.
“eemmmm gemeeess. makasih ya, kak. kakak baik banget..”.
“iyaa, sama-sama..”. Sambil tersenyum, Dinda melambaikan tangannya. Setelah itu, dia menuju lapangan sambil mengelus-elus kedua pipinya, lumayan sakit dicubit kencang tadi.
“eii Din ! di sini !”. Dinda berjalan menuju temannya itu.
“baru dateng lo, Din ?”.
“iyaa, gue kesiangan bangunnya. lo udah dari tadi ?”.
“nggak, gue juga baru dateng hehe”.
“yee, gue kira udah dari tadi lo..”. Dinda duduk di samping temannya, Karina.
“lari sekarang yuk ah, Rin..”.
“ayu deh..”. Mereka berdua dengan 3 orang lainnya pun mulai berlari mengelilingi lintasan lari.
Meski cuma lari santai, tapi kedua kemasan susu Dinda berguncang naik-turun dengan indahnya. Setiap pria langsung memandanginya yang terus berlari. Mata mereka tertuju pada dada seorang Dinda Kirana. Sungguh sepasang buntalan daging yang berguncang dengan begitu indah. Dinda bukannya tak menyadari kalau dia menjadi pusat perhatian, dia hanya pura-pura tak tahu. Wajahnya memerah setiap ada pria yang iseng menggodanya atau menyiulinya.
“dari tadi banyak yang godain lo, Din. cie cie”.
“iih, apaan sih lo, Rin..”, ujar Dinda mencubit pinggang Karina yang langsung mengaduh kesakitan. Untuk urusan berpakaian, Dinda memang tomboy, tak seperti perannya sebagai Baby yang selalu modis dan feminim. Namun sifat Baby yang manja dan polos memang 






ada di dirinya. Dia masih malu-malu jika digoda cowok. Padahal dia mempunyai wajah yang cantik dan imut dan dia juga berstatus artis yang sedang naik daun, harusnya dia tak perlu malu-malu. Karina pun sering meledeknya yang malu-malu terhadap cowok.

Meski banyak yang bilang wajahnya cantik dan ngegemesin, tapi Dinda tetap saja grogi berduaan dengan cowok karena merasa dirinya tidak menarik.
“huf huf, finish juga”. Mereka berdua mengatur nafas sambil meminum minuman mereka masing-masing.
“hai Din, Rin..”.
“eh Edo..baru dateng ?”.
“nggak, udah dari tadi”. Edo adalah salah satu pesaing dari beberapa pria yang mendekati Dinda. Pastilah bangga punya pacar seorang artis yang cantik dan imut.
“Din..lo udah sarapan belum ?”.
“ng..belum”, jawab Dinda singkat.
“kalo gitu kita sarapan yuk ?”.
“ah..ng..nggak usah, gue udah janji ma Karina..”.
“ha ? janji apa ?”, tanya Karina kebingungan.
“aww..iyaa, dia mau maen ke rumah gue”, jawab Karina cepat setelah pinggangnya dicubit Dinda.
“gue boleh ikut gak ?”.
“ha ? masa lo mau ke rumah gue pagi-pagi ? kalo dia sih gak apa-apa. nah lo cowok, masa main ke rumah gue pagi-pagi ?”, balas Karina agak nyolot.
“oh yaudah deh..”. Edo pun meninggalkan mereka berdua.
“sori, Rin. tadi gue nyubit lo. abisnya lo gak langsung konek sih tadi”.
“iya, tapi sakit tau ! nih gue bales !”.
“aww..sakit !!”.
“makanya jangan asal nyubit orang”.
“iih gemes gue kalo lo cemberut”.
“adu du duh”, pipi Dinda dicubit kecil oleh Karina.
“Rin, gue pulang duluan ya ? gue udah lapeeer hehe”.
“oh yaudah, Din..ati-ati yaa”. Dinda berjalan keluar lapangan atletik dan menuju jalan raya. Dia berdiri di atas trotor seperti sedang menunggu seseorang.
“eh itu Baby Kepompong !”, teriak beberapa gadis remaja.
“kak Baby..minta tanda tangannya dong !!”.
“iya sini sini”, ujar Dinda dengan wajah yang ramah. Sedang memberikan tanda tangan dan foto-foto dengan beberapa fansnya itu, sebuah mobil sedan berhenti. Seorang pria tua turun dari mobil.
“semuanya, aku permisi pulang duluan ya..”.
“iyaa, makasih ya kak Baby”.
“sama-sama..”, jawab Dinda dengan tersenyum. Pria tua itu membukakan pintu untuk Dinda.
“ayo, Pak, jalan”.
“kita ke mana nih, non ?”.
“pulang aja deh, Pak. aku pengen makan di rumah”.
“ok non..”. Dinda tersenyum-senyum sendiri mengingat fans-fansnya tadi.
Dia sama sekali tak menyangka akan terkenal seperti sekarang. Di manapun, pasti ada orang yang mengenalinya. Meskipun dia lebih senang kalau dikenal sebagai Dinda Kirana bukan sebagai Baby Kepompong. Tapi, tak apalah, pikirnya. Sampai juga di rumahnya.
“Mama, aku pulang !!”, teriaknya penuh semangat.
“eh kamu udah pulang..ayo kita sarapan”.
“lho ? emang Papa sama Mama belum sarapan ?”.
“belum, ayo kita sarapan”.
“asiik, sarapan bareng-bareng hihihi”. Usai makan, Dinda pergi ke kamarnya, beristirahat di kasurnya yang empuk. Sambil mendengarkan lagu favoritnya dari radio, Dinda santai-santai di kamarnya. Kadang ia juga sedikit menari mengikuti irama lagu. Kamarnya begitu harum, bersih, dan rapih. Meski manja, tapi dia memang selalu rajin membersihkan kamarnya. Dia memutuskan untuk mandi, menyegarkan tubuhnya yang sedikit basah setelah joget tadi. Di kamar mandi, dia melucuti pakaiannya. Kulitnya benar-benar putih mulus, sebuah tubuh yang padat berisi.
Gadis imut itu tak pernah menyadari kalau kedua buah payudaranya tergolong besar untuk seumurnya. Bulat, dan sangat padat berisi. Selesai mandi, Dinda mengenakan pakaian rumahnya. Bermanja-manjaan dan mengobrol dengan kedua orang tuanya adalah hal paling utama di hari Sabtu bagi Dinda.
“Dinda, kamu nggak pergi sama temen-temen kamu ?”.
“nggak, Mah. Aku mau di rumah aja ah”.
“kalau gitu kita semua jalan-jalan yuk ?”, ajak ayahnya.
“ayuuk ayuuk. mau jalan-jalan kemana, Pah ?”.
“kita ke waterpark aja, gimana ?”.
“ok asiiik”. Bersama ayah dan ibunya, Dinda pergi ke waterpark. Seperti biasa, banyak juga yang mengenalinya sebagai Baby. Tapi, yang menarik adalah pakaiannya. Hotpants yang cukup mini dan tanktop ungu yang melekat di tubuh Dinda seakan tak bisa menutupi kemontokan tubuhnya. Di antara kerumunan yang mengelilinya, para lelaki yang ada di belakang Dinda bisa memandang jelas belahan payudaranya. Oh, sungguh belahan gunung kembar yang begitu indah. Masing-masing lelaki itu rasanya ingin merogoh ke dalam tanktop sang gadis imut dan meremas-remas isinya sampai puas.
Kulit permukaan payudara Dinda yang terlihat, begitu putih dan mulus, sangat mengunggah selera. Dinda tetap tersenyum meski sebenarnya dia mendapat perlakuan yang tak menyenangkan dari kerumunan orang yang mengelilinginya. Cubitan gemas mungkin biasa diterima Dinda, tapi artis berwajah imut itu sedang mendapat pelecehan seksual dari fans yang ada di belakangnya. Dia merasakan ada yang menyentuh-nyentuh payudaranya dan meremas-remas pantatnya. Dinda jadi kebingungan sendiri, harusnya ia berteriak dan langsung pergi dari kerumunan fansnya itu. Tapi, Dinda tak mau fansnya kecewa dan menganggapnya sombong. Sambil tetap berusaha tersenyum, dia tetap memberikan tanda tangan dan berfoto bersama. Meskipun mukanya agak memerah. Setidaknya ia berhasil menghindari tangan-tangan iseng yang mengusilinya. Tapi tangan-tangan itu terus kembali. Dinda sudah tak tahan lagi, dia pun meninggalkan kerumunan itu dengan alasan dipanggil kedua orang tuanya.
Dia merasa lega bisa lepas juga dari kerumunan fansnya, terlebih lagi bisa lepas dari tangan-tangan usil yang tadi menggerayanginya tanpa ketahuan siapapun. Entah kenapa, Dinda merasa jantungnya berdegup cepat sejak kejadian tadi. Mungkin karena baru kali ini, ada yang menyentuh atau lebih tepatnya menggrepe dirinya. Padahal kemarin-kemarin perbuatan paling parah dari fansnya paling hanya mencubit sangat kencang. Tak pernah ada yang melakukan pelecehan seperti tadi. Bodohnya Dinda, ia baru sadar pakaian yang ia kenakan. Tanktop dan hotpants yang ia kenakan bisa memperlihatkan betapa mulus dan putih kedua paha dan permukaan payudaranya. Ditambah, dia habis berenang. Semakin tercetaklah lekuk-lekuk tubuhnya pada tanktop dan hotpantsnya. Dinda tak mau ambil pusing, dia tetap berekreasi dengan ayah dan ibunya.
“ayo kita pulang, udah sore..”, ajak ibu Dinda.
“yaah, Mah, bentar lagi deh, ya ? ya ?”, rayu Dinda.
“iya, Mah. jarang kita bisa jalan-jalan kayak sekarang.”.
“yaudah deh”.
“asiiik”, teriak Dinda senang.
Dinda dan keluarganya berada di tempat rekreasi sampai sore lalu makan di restoran sebelum akhirnya pulang ke rumah. Sampai rumah, Dinda langsung ambruk di kasurnya. Dia begitu lelah, tubuhnya terasa pegal dimana-mana.
“sayang..”.








“hmm ?”, Dinda setengah bangun.

“Mama sama Papa mau pergi ke Jogja, bantu Tante Ida pindahan..kamu di rumah yaa ?”.
“haa ? mm, iyaa”.
“kalau mau apa-apa kamu minta tolong sama Jajang atau Sardi yaa ?”.
“iyaa..”. Dinda pun tertidur lagi, ayah dan ibunya sudah pergi. Jajang adalah pembantu di rumah Dinda yang sudah bekerja selama 4 tahun dan Sardi adalah supir yang baru bekerja 2 tahun. Karena Jajang dan Sardi sangat sopan dan sudah dipercaya, orang tua Dinda merasa tak khawatir meninggalkan putrinya sendirian bersama kedua pria tua itu. Lagipula, Dinda sudah sangat akrab dengan Jajang dan Sardi.
“nngggg !!!”. Dinda meregangkan kedua kaki dan tangannya. Dia turun dari ranjang dan mencuci muka serta menggosok giginya, rutinitas paginya.
Wajah Dinda memang sangat cantik dan imut, kulit wajahnya pun putih, halus dan mulus. Siapapun pasti akan suka melihat wajahnya. Tak hanya mempunyai wajah cantik, Dinda juga dianugerahi tubuh yang sangat seksi untuk seumurnya. Tinggi badannya yang tidak terlalu menjulang ke atas membuat tubuhnya menjadi begitu padat berisi. Semua nutrisi makanannya memenuhi kepadatan tubuhnya secara merata dan proporsional. Meskipun begitu, Dinda sama sekali tak pernah menyadari potensi dirinya yang bisa menjadi ‘dewi’ bagi para lelaki. Bayangkan saja, wajahnya begitu cantik dan imut, tubuhnya juga sudah seperti anak kuliahan. Dan yang paling penting, dia masih ABG, tubuhnya yang sekarang yang sedang ranum-ranumnya masih bisa dibentuk agar lebih sempurna, meski memang tak usah dibentuk pun, tubuhnya juga sudah membuat para lelaki ngiler. Dinda kaget saat baru saja membuka pintu kamarnya, wajah Jajang terpampang di depan matanya.
“aduh, Pak Jajang ngagetin aja..”.
“maaf, non..tadi Pak Jajang mau bilang ke non Dinda, sarapan udah siap”.
“oh iyaa, Pak”.
“Mama sama Papa kemana sih, Pak ?”, tanya Dinda saat Jajang akan meninggalkannya yang sudah duduk di kursi meja makan.
“Nyonya sama Tuan pergi ke rumah tantenya non Dinda..”.
“ha ? oh iya iyaa..”. Dinda baru ingat kalau tadi ayah dan ibunya pamit kepadanya, maklum namanya juga setengah sadar.
“kenyang kenyang”. Usai sarapan, Dinda keluar rumah dan mendekati Sardi yang lagi mencuci mobil.
“pagi, Pak Sardi”.
“eh non Dinda..udah bangun..”.
“iya, Pak..hehe..Pak Sardi lagi nyuci mobil yaa ?”.
“iya, non. mobilnya kotor..”.
“oh..yaudah, Pak. aku mau lari sebentar dulu yaa..”.
“loh, non ? tunggu ?”.
“kenapa, Pak ?”.
“non mau lari pagi pake piyama ?”.
“ha ? oh iyaa”, Dinda langsung masuk ke dalam rumah dan mengenakan pakaian yang lebih pantas untuk lari pagi.
“Pak Sardi, aku lari pagi dulu yaa..”.
“iya, non..ati-ati..”. Tak beberapa lama, Dinda pulang. Dan saat di depan gerbang rumahnya.
“BYURR !! AAAKKHH !!!”. Saat Sardi membuang air yang ada di ember, Dinda muncul.
Dinda tersiram air. Dia jadi benar-benar basah kuyup.
“aduuh non maaf maaf maaf, non !!”.
“nggak apa-apa, Pak..”, jawab Dinda sambil tersenyum kecut.
“maaf non maaf maaf”, Sardi benar-benar panik, takut anak majikannya itu marah besar.
“iya, Pak, nggak apa-apa kok”, kali ini Dinda tersenyum manis. Senyuman yang begitu manis, Sardi sampai diam sesaat mendapat senyuman dari anak majikannya. Karena panik dan terpesona dengan senyuman Dinda, Sardi baru sadar kalau makhluk indah yang ada di depannya itu basah kuyup. Karena kaos yang dikenakan Dinda berwarna putih, Sardi bisa melihat bayang-bayang bra gadis imut itu yang berwarna biru muda. Seketika, Sardi menjadi seperti batu, seolah pandangannya terkunci pada bayang-bayang tonjolan yang ada di dada Dinda. Tentu si artis imut itu menyadari kalau Sardi sedang memperhatikan kedua buntalan daging yang ada di dadanya. Dia langsung pergi dari hadapan Sardi dan masuk ke dalam rumah, takut Sardi akan melakukan hal yang lebih ‘lanjut’ kepadanya.
Dinda berpapasan dengan Jajang.
“non Dinda kok basah gini ?”, tanya Jajang yang sebenarnya hanya bermaksud untuk menghentikan Dinda sehingga bisa memandangi tubuh indah anak majikannya itu.
“tadi kesiram Pak Sardi, Pak..”, jawab Dinda langsung berlalu ke kamarnya. Jantung Dinda berdegup cukup kencang, dia benar-benar khawatir sekali dengan pandangan Jajang dan Sardi tadi. Dia sadar pasti kaos putihnya jadi transparan karena basah, dan tatapan supir dan pembantunya benar-benar menakutkan. Apalagi tak ada siapa-siapa selain Jajang dan Sardi. Dinda mengunci pintu kamar dan masuk ke kamar mandi setelah mengambil pakaian ganti. Dinda sudah berganti pakaian, tapi dia masih takut keluar kamarnya. Tidak dengan Jajang dan Sardi yang pandangannya tadi bagai srigala kelaparan. Meskipun, Dinda belum pernah ‘nyerempet’ hal-hal berbau sex, tapi dia tahu, dengan 2 pria yang memandangnya dengan tatapan ‘pemburu’ seperti tadi, pastilah berbahaya untuknya yang tak ayal satu-satunya wanita yang ada di rumah sekarang.
“tok !! tok !! tok !! non Dinda !!”.
“ada apa, Pak ?”, jawab Dinda sedikit berteriak dari dalam kamar.
“ada telepon, non ? dari sekolah !”. Mendengar ada telepon dari sekolah, Dinda agak panik, dan langsung membuka pintu kamarnya yang terkunci dari dalam. Sebuah kesalahan kecil namun fatal yang dilakukan Dinda yang akan mengubah kehidupannya. Jajang berdiri di ambang pintu. Senyuman jahat dan tatapan pemangsa tergambar di wajah jelek itu. Dia langsung menyergap Dinda hingga membuat gadis imut itu terjatuh ke lantai. Tentu Jajang menindih Dinda di atasnya. Jajang menduduki paha Dinda dan menahan kedua tangan Dinda.
“LEPASIN !! PAK JAJANG LEPASIN AKU !!! TOLONG !! PAK SARDI !!!!”, teriak Dinda sambil meronta-ronta.
“percuma, non..cuma ada kita berdua..si Sardi lagi beli rokok..hehehe..”. Tentu perlawanan Dinda tak ada artinya. Jajang malah tersenyum memperhatikan usaha perlawanan terakhir dari ‘mangsa’nya yang sebenarnya tak ada artinya untuk Jajang.
“jangan, Pak..tolong..lepasin aku…”, kali ini Dinda memohon. Dia berharap agar Jajang mengurungkan niatnya, berharap agar Jajang iba karena ingat kalau dia adalah anak majikannya. Tapi, pemandangan gunung kembar Dinda karena kaos basah tadi dan sekarang sudah tak melakukan perlawanan, hawa nafsu yang sudah menguasai Jajang tentu tak mau melewatkan kesempatan ‘baik’ ini.
“tenang, non…ntar kalo udah Pak Jajang genjot, non Dinda juga bakalan keenakan kok..”, bisik Jajang sebelum mulai menjilati daun telinga kiri Dinda.
“aahhhmm jangaanhh..”, Dinda berusaha menjauhkan telinganya dari jangkauan lidah Jajang. Tapi, percuma saja. Jajang malah gencar merangsang Dinda, tak hanya menjilati, Jajang meniupi, menciumi, bahkan mengemuti daun telinga ABG cantik itu. Awalnya, Dinda hanya merasakan jijik dan juga basah. Tapi, lama kelamaan, Dinda merasakan sensasi lain. Tubuhnya terasa menghangat, ada rasa menggelitik di dalam tubuhnya, dan rasa di telinga kirinya kini terasa basah, geli, tapi enak.
“Paaaak jangaaan..”.
Bosan dengan telinga kiri Dinda, Jajang pindah menggeluti telinga kanan anak majikannya yang imut. Jajang langsung menyambar bibir mungil Dinda.
“emmmm mmmm ummm”. Air mata mengalir keluar. First kiss seharusnya menjadi momen yang indah dan tak terlupakan, namun first kissnya baru saja diambil paksa oleh pembantunya sendiri, itulah yang membuat Dinda sedih. Lembut dan empuknya bibir Dinda membuat Jajang semakin beringas. Tak henti-hentinya pria tua jelek itu melumat, menyedot, dan mengemut-emut bibir mungil Dinda. Jajang menekan kedua pipi Dinda untuk membuka paksa mulut Dinda yang tertutup rapat. Padahal, tangan kanan Dinda bebas, tapi gadis cantik itu hanya bisa memukul dengan tenaga yang sangat pelan. Begitu terbuka, lidah Jajang langsung menyelip masuk ke dalam rongga mulut Dinda tanpa permisi.
“cceepphhh ccppphh ssllpphh eemmmm”. Jajang kini yakin, dia sudah menguasai anak majikannya yang menggemaskan itu. Tanpa disadarinya, Dinda mulai membalas pagutan Jajang.
Dinda tak mengerti kenapa dia malah membalas ciuman paksa Jajang, lidahnya pun kini mulai melawan belitan lidah Jajang.
“hemmmmhhh emmmhhh”. Dengusan nafas Jajang semakin cepat, nafsunya semakin naik setelah mendengar dengungan suara dari gadis ABG nan cantik jelita yang sedang dicumbunya, artinya dia mulai menikmati dicumbunya. Tangan kiri Jajang mulai menggerayangi bagian ‘menonjol’ dari tubuh Dinda. Sudah lama Jajang ingin merasakan gumpalan daging ini, setiap hari dia selalu terganggu dengan kemasan susu tahan guncangan milik Dinda, terutama saat Dinda memakai kaos. Dua buah dada Dinda memang sangat ‘menonjol’, seperti mengundang para lelaki untuk memandanginya. Jajang agak terkejut saat tangannya menggenggam payudara kanan Dinda, tangannya tak cukup besar untuk menggenggam gumpalan daging empuk Dinda itu secara utuh, ternyata lebih besar dari dugaan Jajang selama ini.
“enngghhh !!”. Dinda kaget saat payudaranya dicengkram kasar oleh Jajang. Payudara yang sangat empuk dan kenyal membuat Jajang sangat gemas.
Jajang pun menurunkan ciumannya. Saatnya untuk lebih merangsang Dinda. Leher Dinda dicumbui dengan membabi buta oleh Jajang. Tentu pembantu tua itu sudah fasih betul cara untuk merangsang gairah seorang wanita. Selain payudara, dan zona V, kuping dan leher adalah bagian yang juga sensitif dari tubuh seorang wanita. Cocok bagi Jajang yang sedang ingin memperlemah perlawanan Dinda.
“ccppp ccpphhh”.
“Paaaakkhh aaaammmhhh”, gumam Dinda. Lama kelamaan, ABG imut itu tak bisa mengelak dari nikmatnya rangsangan-rangsangan Jajang. Aroma tubuh Dinda yang ‘menghangat’ benar-benar menaikkan tensi Jajang. Aroma tubuh Dinda begitu wangi dan sensual. Sudah waktunya untuk menelanjangi gadis imut yang sudah pasrah ini, pikir Jajang. Dia menyingkap kaos Dinda ke atas. Nafas pria tua itu memburu melihat buntalan daging kembar Dinda. Meski masih terbungkus bh, Jajang begitu ngiler melihat kulit permukaan payudara Dinda yang menyembul dari dalam bhnya. Begitu putih dan mulus.
Jajang pun mengangkat tubuh Dinda ke atas tempat tidur.
“jangan, Pak…”, pinta Dinda pelan.
“non..diem aja..ntar Pak Jajang bikin enak deh KEHEHEHE !!”. Tak mau repot-repot, Jajang menyingkap bh Dinda. Mata Jajang terbelalak, dia langsung menelan ludah. Gunung kembar yang benar-benar indah, putih mulus, terlihat begitu bulat sempurna dan padat berisi, dan juga bertahtakan 2 pucuk payudara berwarna agak merah muda yang sangat menggiurkan. Sungguh sepasang payudara terindah yang pernah dilihatnya, pikir Jajang. Dengan kedua tangannya, Jajang menggenggam kedua ‘roti’ empuk itu.






“Paaakhh…mmm janganhh”. Remasan-remasan Jajang memang ‘mengganggu’ Dinda. Dia belum pernah merasakan seperti ini, rasanya enak sekali. Putingnya terasa mengeras dan menjadi lebih sensitif. Tentu Jajang sadar, Dinda benar-benar mulai terangsang. Dia comot dan tarik-tarik kedua puting itu seperti ingin mencabutnya dari payudara Dinda.
“aahhhh eemmnnhhhh”. Jajang kelihatan asik sekali memainkan kedua puting Dinda, mencubit, menekan, memencet, dan memilin-milinnya.
“happh..nymmm nymmm..”. Jajang mencaplok puting kanan Dinda.
“emmmm hhemmm Paakk mmmm”. Dinda merasakan rasa nikmat luar biasa saat Jajang mengemuti dan mengenyoti kedua induk payudaranya secara bergantian. Dia tak bisa menjauhkan Jajang dari payudaranya, tubuhnya menyuruhnya untuk membiarkan apa yang sedang terjadi. Membiarkan Jajang menyantap kedua buah payudaranya agar kenikmatan itu terus berlanjut. Bagai bayi kelaparan, Jajang mengenyot kuat kedua ‘pabrik’ susu Dinda seakan memaksanya untuk memproduksi susu. Dinda memang masih berusaha untuk mendorong kepala pembantunya itu untuk menjauh dari payudaranya, namun tenaga Dinda bagaikan hilang. Alhasil, kedua pegunungan kembar Dinda pun menjadi bulan-bulanan Jajang yang gemas. Seluruh permukaan kedua buah dada Dinda diciumi, dijilati, dicupangi, bahkan digigiti oleh Jajang tanpa terlewat. Tak heran Jajang begitu gemas dengan payudara Dinda sebab memang benar-benar padat berisi, sangat empuk, kenyal, sangat kencang, dan bentuknya yang bulat sempurna.
Benar-benar payudara idaman yang ingin dimiliki setiap wanita, dan payudara idaman lelaki untuk dikenyoti setiap hari. Harusnya payudara Dinda masih ranum dan dalam masa pertumbuhan, tapi payudara Dinda terlihat sudah sangat matang seperti payudara wanita berumur 19 tahun lebih. Jika mendapat perawatan tubuh yang tepat, bukan tak mungkin kalau Dinda akan menjadi wanita ‘bom sex’. Wajah imut nan cantik ditunjang tinggi badan yang ideal serta tubuh padat berisi dan payudara yang besar tentu akan menjadikan Dinda sebagai artis bom sex yang mampu membuat para pria ngiler hanya dengan melihatnya saja jika sudah memasuki 20 tahun lebih nanti. Cukup puas dengan ‘makanan’ pembuka berupa ‘roti’ kenyal yang putih mulus, Jajang berniat akan mulai menyantap ‘sajian’ utama yang ada di selangkangan Dinda.
“ja jaangan, Pakhh..”. Dinda berusaha mempertahankan celana pendeknya yang masih bercokol di selangkangannya untuk tetap menutupi daerah itu.
Jajang menyingkirkan tangan Dinda dan menarik paksa celana gadis cantik itu bersamaan dengan celana dalamnya.
“glek…”, Jajang menelan ludah. Matanya seperti mau meloncat saat memandangi bukit gundul nan indah yang ada di tengah-tengah selangkangan Dinda. Bentuknya benar-benar sempurna, selangkangan yang begitu mulus dan sedap dipandang. Kedua bibir vagina Dinda masih menutup dengan sangat rapat, warna kulit sekitar vaginanya pun tak berbeda dengan warna kulitnya, bukti kalau belum ada yang pernah menyatroni daerah itu. Dan hiasan berupa bulu-halus membuat bagian itu terlihat semakin indah dan cantik. Penis Jajang terasa nyut-nyutan, ingin segera mencoba alat kelamin Dinda yang sangat menggugah selera itu.
“jangaan, Pak..tolong..”, Dinda menutupi daerah pribadinya, tapi seakan dia tak bisa bergerak, padahal harusnya dia leluasa bergerak. Jajang hanya tersenyum, dia menarik celana dan cd Dinda agar benar-benar lepas dari kedua kaki Dinda. Tak ada lagi yang bisa menghalangi pria tua itu dengan daerah intim si gadis cantik.
Memang, tangan Dinda masih menutupi daerah Vnya, tapi rasanya Jajang mudah untuk menyingkirkannya karena Dinda juga setengah hati. Setengah hati dari artis menggemaskan itu sebenarnya ketagihan dengan rasa nikmat yang diberikan Jajang. Jajang turun dari ranjang dan mengangkat kedua kaki Dinda ke atas, dia seperti ingin mengangkat Dinda tapi dia hanya memposisikan atau lebih tepatnya menyeret pantat Dinda ke tepi ranjang.
“jangaaan…”. Tak ada lagi belas kasihan jika sudah menyangkut hawa nafsu. Padahal Dinda sampai menangis, tapi Jajang tak mengindahkannya. Yang ada di pikirannya hanyalah vagina Dinda yang sangat menggiurkan. Jajang menyingkirkan tangan Dinda dan meniup-niup vagina Dinda.
“aaahhmmm…”. Tiupan-tiupan Jajang memancing gairah Dinda perlahan, semakin mengalahkan harga dirinya.
“memek non wangi banget..”, puji Jajang yang sangat menyukai aroma vagina Dinda yang memang sangat harum itu. Wajah Dinda menjadi merah padam mendengar ucapan Jajang tadi.
Dia merasa malu mendapatkan pujian tentang vaginanya dari pembantunya sendiri. Daerah paling intim dari tubuhnya yang harusnya hanya bisa dilihat olehnya dan calon suaminya nanti, kini sedang dipandangi pembantunya dan bahkan memberikan pujian betapa harumnya alat kelaminnya itu.
“aaaahhhhh !!”. Jajang langsung membenamkan wajahnya ke selangkangan Dinda, menghirup kuat-kuat aroma harum dari vagina gadis cantik itu. Dinda menggeliat-geliat menerima cumbuan Jajang yang bertubi-tubi pada daerah pribadinya.
“aahhmmm”, kedua paha Dinda menutup seketika, menjepit kepala Jajang saat dia merasakan ada benda lunak dan hangat yang mengenai bibir kemaluannya.
“udaahh Paaakhh stooopphhh”, pinta Dinda, dia bingung dengan apa yang ia rasakan sekarang. Rasanya sungguh geli dan nikmat luar biasa secara bersamaan. Kedua kaki Dinda semakin kencang menjepit kepala Jajang dan tetap berusaha mendorong kepala Jajang.



“mmmnnhh Paaakkhhh stooopphh !!”. Jajang malah semakin nafsu menggerogoti vagina Dinda.
Lidah Jajang terus mencucuk vagina Dinda, menjilati bagian dalamnya.
“emmpphh sllpphhh sllphhh”. Jajang jadi semakin asik melahap kemaluan Dinda, baru kali ini dia merasakan vagina yang begitu manis dan sangat harum. Jadi gini rasanya memek perawan ABG cakep, pikir Jajang yang merasa sangat betah di selangkangan Dinda. Tubuh Dinda berkedut-kedut seiring kenikmatan yang memberikan ‘sengatan’ listrik kepadanya terus menerus.
“aaahhhh mmmhhh hhmmhhhh…”, lirih Dinda yang sudah mulai menyerah pada serangan lidah Jajang di bawah sana. Seorang gadis muda berkulit putih mulus yang tak mengenakan apapun pada bagian bawah tubuhnya, sementara di selangkangannya ada seorang pria tua yang kelihatan sangat asik berkutat di sana adalah sebuah pemandangan yang sangat eksotis. Dinda hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala, menggelepar-gelepar merasakan rasa nikmat yang amat luar biasa. Jajang betul-betul menikmati tiap jengkal bahkan tiap senti dari alat kelamin anak majikannya itu.
Vagina Dinda tak ubahnya bagai ‘kue’ yang sangat lezat bagi Jajang, ingin dinikmati sampai habis. Selangkangan Dinda pun sudah basah kuyup dengan air liur Jajang.
“aaaahhhmmmm”, tubuh Dinda bergetar hebat seketika. Ya, Jajang sedang asik mulai mengulas dan memainkan klitoris Dinda dengan lidahnya sambil mengobel-ngobel lubang vagina gadis imut itu. Aliran listrik yang mengejutkan terus dirasakan Dinda menjalar di sekujur tubuhnya. Dari mulut mungilnya, terus keluar desahan-desahan lepas dengan suara yang begitu menggairahkan. Jajang semakin menggila setelah mencicipi lelehan lendir yang mulai keluar dari vagina Dinda. Rasanya gurih bercampur manis. Jajang sudah tak sabar ingin minum ‘sirup cinta’ dari vagina artis cantik itu.
“aaahhhh emmmhhh Paaaakkk hmmmhhh UUUUNNNHHHH !!!!”, tubuh Dinda menegang, kedua kakinya yang tadi menggantung di tepi ranjang menjadi lurus kaku, dan kedua pahanya semakin menjepit kepala Jajang. Secara refleks, Dinda menekan kepala Jajang ke vaginanya sendiri dengan kedua tangannya seperti ingin membekap Jajang dengan vaginanya.
“ssrpphhhh !!! sllrrpphhh !!!!”, Jajang menyeruput dan menyedot dengan sangat kuat, dia tak melewatkan satu tetes pun cairan vagina Dinda yang sangat lezat. Cairan Dinda pun habis tak bersisa.
“memek non Dinda rasanya manisss”, ujar Jajang tersenyum licik. Tiba-tiba ada seseorang yang berdiri di ambang pintu kamar Dinda. Tentu itu adalah Sardi. Jajang langsung berdiri, dia panik.
“Pak Sardi…tolong….”, pinta Dinda lemah. Karena Jajang berdiri, tentu Sardi bisa melihat vagina Dinda yang indah dengan sangat jelas.
“Jang..lo nggak bilang-bilang gue kalo lagi asik-asikan sama non Dinda hehehe…”. Jajang yang tadi sempat khawatir langsung lega.
“ngapain juga gue manggil lo ?!”, kedua pria tua itu bercanda seakan tak menghiraukan gadis cantik yang sedang mengangkang tak berdaya di atas ranjang. Bukan tak berdaya, lebih tepatnya putus asa, Dinda kira Sardi masih punya hati dan menolongnya, tapi ternyata Sardi juga langsung ‘lapar’ melihatnya yang sudah bugil.
“nyicip memeknya ya, non..HEHEHE !!!”. Tanpa izin, Sardi langsung membenamkan wajahnya di selangkangan Dinda.
“aaaahhhh !! jaangaaan, Paakhhh !!”. Dinda berusaha menahan kepala Sardi sebisanya dengan kedua tangannya. Tapi, aroma vagina Dinda tentu membuat Sardi sangat bersikukuh untuk mencicipinya.
“aaahhmmmm !!! stooophhhh !! nnnmmm”. Dinda berusaha mati-matian agar tidak kalah dengan nafsunya sendiri seperti tadi saat Jajang menggerogoti selangkangannya. Kedua paha Dinda menjepit erat kepala Sardi, berharap Sardi akan tak tahan dan menjauh dari bagian bawah tubuhnya. Mungkin itu bisa terjadi kalau selangkangan Dinda bau amis, tapi salah Dinda sendiri, dia merawat daerah intimnya itu setiap hari sehingga daerah Vnya itu pun tentu harum dan wangi, tak heran kalau Sardi begitu betah berlama-lama di sana.
“aaaahhmmmm emmmmhhhh”, suara desahan Dinda terdengar begitu seksi dan sensual, sepertinya ABG berwajah imut itu mulai menikmati ‘kilikan’ lidah Sardi di alat kelaminnya.
Dinda menyerah pada nafsunya sendiri untuk kedua kalinya. Bagi ABG yang belum pernah merasakan jilatan pada daerah intimnya, rasa nikmat yang muncul memang terlalu kuat untuk dilawan bagi Dinda.
“gimana..non…enak..kan ?”, goda Sardi di sela-sela aktivitasnya menggelitik klitoris Dinda.
“i..iyaaaa..Paaakhhh….enaaaakkkhhhh ooooohhhhh !!!!!”.
“kalo enak..buka pahanya yang lebar dong…”, ujar Sardi mencubit gemas paha putih mulus nan montok Dinda. Wajah Dinda semakin merah saat dia melebarkan kedua pahanya, dia malu karena merasa memberi izin kepada supirnya itu untuk bisa mengakses selangkangannya dengan lebih leluasa. Setelah menunjukkan senyuman licik pada wajahnya, Sardi langsung menyerbu vagina wangi itu dengan gencar. Dinda sampai kelojotan, gadis itu menggeliat-geliat hebat, kepalanya bergerak ke kanan dan ke kiri, tubuhnya berkedut-kedut, dan desahannya begitu lepas. Wanita manapun akan bereaksi sama dengan Dinda, lidah Sardi benar-benar lincah.
“Paaaakhh Paakkhhh Paaakkkhhhh !!! Paakkkhhh Saardiiii !!!!”, lenguh Dinda memegangi kepala Sardi.
“ccrrrr sllluuuphhh !!! slllrrrrpphhh !!!”. Cairan vagina Dinda yang rasanya manis langsung tak bersisa diseruput Sardi.
“gimane, Di ? mantep kan memeknye non Dinda ?”.
“uanjrit..ni memek paling enak yang pernah gue jilatin..”. Sardi membenamkan wajahnya dalam-dalam ke selangkangan Dinda. Tak pernah terbayangkan oleh Dinda. Selama ini tak ada lelaki yang pernah menyentuhnya di daerah pribadinya, tapi sekarang, hanya dalam satu kesempatan, langsung 2 orang pria paruh baya yang menyantap vagina perawannya. Jajang dan Sardi masing-masing menahan kedua paha Dinda. Sambil mengelus-elus paha Dinda, keduanya memperhatikan alat kelamin Dinda seperti benda pameran seni. Artis imut itu terasa begitu terekspos saat ini, dia hanya bisa menutupi wajahnya dengan kedua tangannya.
“emmmhhhh….”. Dinda merasakan basah pada kedua pahanya. Dia membuka matanya. Sardi sedang menjilati paha kanannya dan Jajang sedang menciumi paha kirinya.
Kedua pria tua itu merangsang Dinda lagi, tak membiarkan gairah Dinda turun sedikitpun.
“aaahhhmmm…”. Kedua pangkal paha Dinda dijilati dengan asiknya oleh Jajang dan Sardi.
“ayo non..diri…”. Sardi memapah Dinda untuk berdiri dan Jajang melepaskan kaos dan bh Dinda. Polos sudah artis imut itu. Tak ada lagi sehelai benang pun yang menempel di tubuh montok Dinda. Tiap lekuk tubuhnya kini tak bisa ia tutupi lagi dari mata Jajang dan Sardi. Sungguh tubuh yang sangat indah. Begitu putih mulus, begitu padat berisi, Jajang dan Sardi pun meneguk ludah menyaksikan pemandangan yang sangat indah. Mereka hampir tak percaya kalau anak majikannya yang baru berumur 16 tahun itu memiliki tubuh indah seperti wanita berumur 22 tahun lebih. Sekal dan matang. Dengan gemasnya, Jajang menggenggam kedua bongkahan pantat Dinda yang sangat kenyal itu, memukul-mukulnya, dan meremas-remasnya. Sedangkan Sardi asik meremasi susu Dinda sambil mengobel-obel vaginanya. Dinda tak ubahnya bagai boneka berukuran raksasa yang bisa diapakan saja oleh Sardi dan Jajang.
Pemandangan seorang gadis cantik berkulit putih mulus yang tak mengenakan apapun berada di antara 2 pria jelek berkulit hitam yang masih berpakaian lengkap benar-benar sebuah pemandangan yang sangat erotis.
“hhmmmm eemmmmhhh Paaaakhhhh”, lirih Dinda. Kecupan-kecupan Jajang pada tengkuk lehernya dan kuluman Sardi pada kedua putingnya secara bergantian benar-benar sangat merangsang. Kemarin-kemarin, Dinda bingung dengan remaja putri yang sudah tak perawan lagi. Kenapa mereka mau berhubungan intim dengan pria yang belum tentu jadi suami mereka, tapi kini dia tahu jawabannya. Perasaan melayang seperti yang ia rasakan sekarang memang membuat lupa diri. Tanpa Dinda sadari, kondisinya lebih parah dibandingkan remaja-remaja putri lainnya. Yang lain, biasanya kehilangan keperawanan dengan pacarnya atau pria seumuran. Sedangkan Dinda akan kehilangan kesucian tubuhnya pada 2 lelaki tua yang umurnya 2x lipat lebih dari umurnya yang tak lain dan tak bukan adalah supir dan pembantunya sendiri. Sangat ironis memang.

Aroma tubuh telanjang Dinda yang harum benar-benar membangkitkan nafsu birahi Jajang dan Sardi. Mereka asik menggerayangi tubuh mulus anak majikan mereka yang imut itu. Dinda juga sudah menyerah pada 2 bandot mesum itu. Tubuhnya habis diemek-emek oleh Jajang dan Sardi.

“ayo non Dinda berlutut…”. Seperti tersihir, Dinda menurut, dia bertumpu pada kedua lututnya. Sardi sibuk melucuti pakaiannya sendiri, sementara Jajang berdiri di depan Dinda yang tengah berlutut. Tiba-tiba saja, dia langsung menekan kepala Dinda ke selangkangannya.
















“emmfffhhh emmffhhh !!!!”, Dinda meronta-ronta.
“non Dinda harus biasain dulu sama bau kontol Pak Jajang, non hehehehe”, ujar Jajang tak mengindahkan penolakan Dinda, malah semakin menekan wajah Dinda ke selangkangannya. Dinda merasa mual sekali, air mata membasahi matanya, tanda ia menahan rasa mualnya. Kolor Jajang memang apek luar biasa, tak heran kalau gadis cantik itu merasa ingin muntah.
Tiba-tiba ada sesuatu yang menekan bagian belakang kepala Dinda. Sardi sedang menekan-nekankan selangkangannya ke bagian belakang kepala Dinda. Jadilah Dinda terjepit di antara 2 selangkangan pria tua yang sangat apek itu. Dinda tak bisa menghirup udara segar, hanya bau kolor apek yang ada di depannya.







“hhhh…”, Dinda langsung mengambil nafas sebanyak-banyaknya setelah Jajang melepaskan kepalanya. Akhirnya dia bisa menghirup udara segar sementara Sardi dan Jajang terkekeh-kekeh melihat Dinda megap-megap. Dinda merasa kesal sekali, padahal dia sudah tak melakukan perlawanan tapi tetap saja dia diperlakukan kasar oleh kedua pria bejat itu.
“non Dinda jangan cemberut gitu dong nang ning ning nang ning nung…hehehe..”, ujar Sardi seperti sedang menghibur anak kecil.
“…”. Dinda hanya bengong saja. Jajang dan Sardi merasa begitu berkuasa melihat anak majikan mereka bersimpuh di hadapan mereka tanpa mengenakan apapun seperti seorang budak yang sedang menunggu perintah selanjutnya dari tuannya.
“nah non Dinda kan udah ngeliatin memeknya..sekarang giliran kita ngasih liat kontol kita HEHEHE”. Secara serempak, Sardi dan Jajang melorotkan kolor mereka masing-masing. Mata Dinda langsung terbelalak. 2 benda yang meloncat keluar dari kolor Jajang dan Sardi sangat mengerikan bagi Dinda. Hitam, berurat, dan kelihatan sangat ‘tebal’. Gadis cantik imut itu bergidik ngeri, dia memang belum pernah melihat alat kelamin lelaki tapi, dia tahu kalau akan menyakitkan jika benda itu sampai masuk ke dalam kemaluannya karena terlalu besar.








“gimana, non ? batang kita berdua gede kan ? dijamin non Dinda bakalan kelepek-kelepek deh HAHAHAHA !!!”.
“eit..mau ke mana, non ? masa abis ngeliat kontol, mau kabur ? tadi diem-diem aja ? ngeri ya ? GAKGAKGAK !!!”, ejek Jajang sambil menahan Dinda agar tetap berlutut.
“jangan takut non..kita nggak bakal maen kasar kok..”, ujar Sardi menenangkan Dinda.
“paling kita sodok memek non Dinda sampe ngilu HAKHAKHAK !!!”, tambah Sardi.
“jangaaan ennggffhhh”.
“jangan ngelawan lagi, non…kalo masih ngelawan, bakal kita lemparin non Dinda ke pangkalan preman di pengkolan depan gang sono biar non Dinda dipake sama preman-preman yang suka maen kasar..non Dinda mau ?”, ancam Jajang.
“hmph mph…”, Dinda mengangguk ketakutan.
“nah gitu dong..nah sekarang non Dinda kocokkin kontol kita”. Sardi menuntun tangan kiri Dinda untuk menggenggam penisnya, sementara Jajang menuntun tangan Dinda yang satunya.





“gi..gi..gimana ?”, tanya Dinda ketakutan. Ancaman Jajang tadi benar-benar efektif menurunkan mental gadis cantik itu.
“ya kocok, non..kayak gini..”, Sardi memberi contoh dengan tangannya. Setelah mendapatkan contoh, Dinda mulai mempraktekkannya. Baik tangan kanan maupun tangan kiri Dinda yang halus itu mulai bergerak naik-turun. Melihat saja belum pernah, apalagi mengocok 2 penis sekaligus seperti sekarang, tak heran gerakan tangan Dinda sangat kaku. Jajang dan Sardi tak terlalu memikirkannya, yang penting, tangan Dinda yang mengocok penis mereka terasa halus.
“ya non ! terus non ! enaakh non !!”. Hanya dalam 1 menitan saja, gerakan tangan Dinda mulai luwes, mengocok penis yang ada di kedua genggaman tangannya dengan lihai. Pemandangan kontras, tangan Dinda yang putih mulus sedang menggenggam 2 buah batang kejantanan yang hitam. Malah, tanpa disuruh, Dinda mengusap-usap kepala penis baik milik Jajang ataupun Sardi dengan jempolnya, memberikan tambahan rasa nikmat ke 2 pria tua itu.Jantungnya berdebar-debar sambil terus mengocokki 2 batang yang keras seperti kayu itu. Entah itu perasaan takut atau malah penasaran, bagaimana bila kedua penis itu benar-benar masuk ke dalam vaginanya.
“ayo non..disepongin juga hehe..”.
“mph…nggak..mau….”. Dinda menutup rapat-rapat mulutnya dan menjauhkan mulutnya dari 2 burung yang mendekatinya.
“eit non…jangan nolak…ntar non Dinda sendiri yang ketagihan deh HEHEHE !!”. Sardi menahan kepala Dinda, dan Jajang menekan kedua pipi Dinda.
“oooggg !!!”, Dinda tersiksa dengan 2 penis yang berusaha masuk ke dalam mulut mungilnya itu.
Seperti tak berperikemanusiaan, Jajang dan Sardi menjejali mulut Dinda dengan penis mereka. Alhasil, Dinda benar-benar tersiksa, mulutnya otomatis terbuka lebar untuk bisa menerima 2 penis yang memaksa masuk ke dalam mulut mungilnya. Hanya kepala penis mereka yang bisa masuk ke dalam mulut Dinda.
“ayo, non..gerakkin lidahnya dong..”.
“oohhh…”. Jajang dan Sardi langsung bergetar saat merasa lidah menyapu lubang kencing berkali-kali.
“emmphhh empphh”. Liar sekali kelihatannya, mulut Dinda dijejali 2 penis yang besar apalagi Dinda terlihat mulai menikmati rasa amis dari batang kejantanan milik supir dan pembantunya itu. Dinda bisa bernafas lega, 2 penis itu keluar dari mulutnya.
“ayo non..non Dinda mau nyepongin yang mana dulu ? KEKEKEKE…”. Sardi dan Jajang ingin memperlukan Dinda dengan membuat gadis imut itu memilih penis mana yang ingin dicicipinya. Dinda menutup matanya, wajahnya memerah, dia sendiri yang menggenggam 2 penis itu dan mendekatkannya ke mulutnya.
“wah non Dinda mau nyepongin kita berdua sekaligus ? HAGHAGHAG !!”.
Dinda hanya bisa menerima ejekan Jajang, kupingnya panas mendengar hal itu, tapi instingnya membuatnya semakin menikmati mengulum 2 kemaluan yang berbeda bentuk dan rasa itu.

“emmm…”. Bagai sudah berpengalaman, Dinda mengemut-emut kepala penis Jajang dan Sardi bergantian, dan kedua tangannya setia mengocok-ngocok kedua batang keras itu.
“oohhhh !!!”. Kuluman dan emutan Dinda sangat mengenakkan bagi Jajang dan Sardi.
“non Dinda udah biasa nyepongin cowok ya? mantep banget sedotannya ooouuhhh !!!”, ejek Sardi. Dinda memang mendengar ejekan Sardi, tapi dia lebih memilih diam dan terus mengulumi 2 ‘tongkat’ sakti yang ada di depannya. Gadis cantik itu malu sekali, tadi dia menolak, tapi sekarang dia sendiri yang begitu aktif mengoral kemaluan Jajang dan Sardi. Aroma jantan dan rasa khas dari alat kelamin 2 pria tua bejat itu serasa bagai ‘narkoba’ bagi Dinda. Semakin dinikmati, semakin enak. Oh, kenapa ? kenapa rasanya aku nggak bisa berenti. kenapa enak banget rasanya?, pikir Dinda.
Benar-benar bagai anak kecil yang disuguhi permen batangan. Dinda kelihatan semakin asik menikmati penis Jajang dan Sardi. Diciumi, dijilati, diemut-emut sambil dikocok-kocok kedua batang itu. Seharusnya, ia bisa memukul selangkangan supir dan pembantunya itu sehingga ia bisa kabur dan selamat dari perkosaan. Tapi, nafsu yang mengaktifkan insting reproduksinya mengatakan kepada anggota tubuhnya untuk memuaskan 2 lawan alat kelaminnya itu. Jajang dan Sardi tentu menikmati kuluman anak majikannya itu. Mereka melecehkan dan mengejek Dinda. Dinda tak bisa membalas.
“eh eh udah non…daripada nyepong terus..mendingan kita maen sodok-sodokan yuk non…HEHEHE !!”. Jajang mencabut keluar penisnya dari mulut Dinda. 2 batang kejantanan itu telah basah kuyup bermandikan air liur Dinda. Jajang dan Sardi mengangkat Dinda dan menaruh tubuhnya di ranjang. Jajang langsung mengambil posisi.
“sori Di..gue duluan yee GAHAHA !!”. Dinda hanya bisa melihat Jajang memposisikan alat kelaminnya, dia sudah pasrah.
“non Dinda tahan ya..pertamanya sakit tapi ntar juga enak kok KEKEKE !!!”.
“eennggghhh saakkiiithh !!!!”, rintihan Dinda saat merasakan rasa nyeri luar biasa pada kemaluannya. Benda tumpul yang sedang masuk perlahan ke liang vaginanya itu serasa akan membelah dua dirinya.
“anjriiit !! pereeet !!!”, teriak Jajang yang kesusahan menyelipkan penisnya masuk ke dalam celah sempit di selangkangan anak majikannya itu. Sementara Dinda merasakan sakit luar biasa seiring otong Jajang yang semakin menusuk ke dalam. Sungguh vagina yang benar-benar sempit dan peret. Proses penetrasi yang paling ‘sulit’ bagi Jajang dan proses paling menyakitkan bagi Dinda.





“ookkhh !!! maantaaabbhhh !!!”, teriak Jajang sambil mengacungkan jempol ke arah Sardi yang sedang menekuk wajahnya, kesal karena keduluan Jajang. Jempol Jajang menandakan kalau vagina anak majikannya benar-benar jempolan dan juara. Bagaimana tidak jempolan, penis Jajang yang sekarang sudah berada seluruhnya di dalam liang vagina Dinda terasa seperti dicengkram kuat dan diremas-remas oleh dinding vagina Dinda.
Jepitan dinding vagina sungguh luar biasa. Batang Jajang terasa diperas-peras. Jajang terdiam bukan untuk membiarkan Dinda beradaptasi dengan penis kelaminnya, tapi dia memang sedang menikmati betapa sempit dan hangatnya liang kemaluan Dinda.
“nnhh !!!”, rintih Dinda, wajahnya menunjukkan kalau dia sedang kesakitan. Penis Jajang yang menyesakki liang vagina Dinda mulai bergerak. Perihnya luar biasa, seperti sikat kawat yang sedang menggosok alat kelaminnya, itu yang dirasakan Dinda. Jajang melihat ke bawah. Batangnya yang keluar 1/2 dari vagina Dinda berlumuran darah. Tentu itu darah perawan dari kemaluan Dinda. Bangga dan puas sekali. Bisa memerawani gadis ABG yang tak hanya cantik dan sexy, tapi juga artis yang tengah naik daun.
“eenn !! enggpphh !!!”, meski Jajang ‘menumbuk’ dengan sangat perlahan, namun rasanya benar-benar pedih. Kuku Dinda pun menancap di punggung Jajang, ekspresi pelampiasan dari rasa sakit yang teramat sangat.
Sungguh rintihan yang sebenarnya memilukan. Penis Jajang terlalu besar bagi vagina Dinda yang sekalipun belum pernah dirojoki batang kejantanan lelaki. Tapi, Jajang tak memikirkan hal itu. Rasanya terlalu nikmat, penisnya serasa seperti diremas, dipijit, dan dikocok sekaligus. Sardi hanya bisa memperhatikan saja. Tubuh putih mulus anak majikannya itu sedang digeluti oleh temannya. Melihat temannya begitu keenakan, Sardi sudah ngaceng berat ingin sekali merasakan belahan yang ada di tengah selangkangan anak majikannya itu.
“emmhh mmmhhh nngghhh”, Dinda mulai merasakan nikmat di sela-sela rasa sakitnya. Vagina Dinda sudah mulai beradaptasi terhadap benda asing yang sedang ada di dalamnya. Gesekan-gesekan di liang vaginanya mulai mengenakkan.
“emmm…uummhh….”, Dinda mulai melirih pelan. Rasa sakit, ngilu, pedih, pokoknya rasa yang tak mengenakkan Dinda kini telah terkikis dan tergantikan dengan rasa nikmat yang semakin lama semakin bertambah.
Jajang tahu kalau gadis imut yang sedang digenjotnya kini mulai merasakan nikmat. Dia mulai menaikkan tempo sodokannya.
“aaahhhh eemmhhh ohhhh uuummhhhh aaahhhhh”, desah Dinda.
“mulai enaak kan, non ? hehehe..”, ejek Jajang mempermainkan psikologis artis menggemaskan itu. Jajang memegangi pinggul Dinda dan menggerakkan pinggangnya memutar.
“aaaahhhmmmm”. Dinda merasa vaginanya seperti diaduk-aduk, sungguh kenikmatan yang luar biasa.
“jawab dong, non…enak kan ??”, jawab Jajang sambil menekan-nekan klitoris Dinda agar gairah gadis muda itu semakin naik dan tak malu-malu untuk menjawabnya.
“iyaaa aahhh, Paakkhh ! enaaakkhhhh oooohhhhh !!!”, erang Dinda. Wajah Dinda terlihat binal sekali, kesan imut itu kini sama sekali tak terlihat. Dia tengah dilanda kenikmatan dari alat kelamin Jajang yang sedang mengaduk-aduk kemaluannya. Memang sudah hakekatnya, batang kejantanan seorang pria bisa memberikan kenikmatan yang luar biasa pada seorang wanita meski pada awalnya si wanita dipaksa.
Tapi, lihat Dinda kini. Dia begitu meresapi nikmatnya tongkat Jajang yang terus menggosoki liang vaginanya. Bahkan, kaki Dinda melingkar erat di pinggang Jajang dan meladeni cumbuan Jajang dengan begitu bergairah serta membiarkan pembantunya itu menyusu pada kedua buah payudara ranumnya. Sardi hanya bisa menahan nafsunya melihat Jajang menggenjot Dinda. Suara desahan Dinda benar-benar membuat Sardi nafsu berat. Tapi, nampaknya Jajang masih ingin berlama-lama menikmati jepitan kemaluan Dinda. Sambil terus mendesah keenakan karena pompaan Jajang di alat kelaminnya, Dinda menengok ke arah Sardi. Tatapannya seakan mengatakan kalau dia juga menginginkan batang kejantanan supirnya itu. Gadis cantik itu sudah dikuasai nafsu birahi, tak memikirkan martabatnya lagi. Di dalam kamarnya sendiri, Dinda yang telanjang bulat tengah digenjot oleh pembantunya, sementara supirnya sedang menunggu giliran untuk menggenjotnya juga. Benar-benar pemandangan yang sangat menggairahkan.
2 pria tua dengan 2 batang kejantanan yang besar dan berurat berada di dalam kamar dengan seorang ABG cantik yang sudah mempasrahkan tubuhnya untuk 2 pria tua itu, benar-benar pemandangan yang tak akan mungkin dipercaya jika tak melihatnya sendiri.
“non Dinda..ganti posisi yuk..”. Jajang memeluk dan mengangkat Dinda perlahan. Dinda langsung memeluk Jajang begitu tubuh montoknya terangkat. Tak hanya takut terjatuh, Dinda juga tak mau alat kelaminnya terpisahkan dengan pentungan Jajang. Dia sedang asyik-asyiknya merasakan kenikmatan luar biasa dari sodokan-sodokan batang Jajang, tentu secara insting Dinda tak mau tongkat pembantunya itu terlepas dari liang vaginanya. Kini Dinda duduk di atas selangkangan Jajang. Tubuh gadis muda dan pria tua itu masih terhubung oleh alat kelamin mereka. Jajang memegang pinggang Dinda dan mulai menyodok-nyodokkan penisnya ke atas untuk menyundul rahim Dinda.
“ooohhhh !! Paaakkhhh !! emmmmhhhh !!!”, sepertinya Dinda tengah mengalami orgasme. Jajang menarik Dinda ke pelukannya dan melumat bibir lembut ABG cantik itu.
Keduanya terlihat begitu bergairah, malah Dinda yang agresif. Dia balas pagutan Jajang sambil menggerakkan pinggulnya maju mundur untuk mengocok penis Jajang yang ada di dalam vaginanya.
“pook pook”, sambil asik terus mencipok Dinda, Jajang meremasi dan menepuk-nepuk bongkahan pantat Dinda yang memang empuk nan kenyal itu dengan sangat gemas. Jajang juga memeluk Dinda dan membenamkan wajahnya sendiri di kedua buntalan daging empuk gadis cantik itu. Benar-benar sempurna tubuh anak majikannya itu, pikir Jajang. Putih mulus, padat berisi, dan proporsional. Belum lagi kedua bongkahan pantat dan kedua buah payudara Dinda yang begitu bulat, kencang, dan kenyal. Sungguh tubuh yang sedap dipandang mata.
“ooohhh oohhh hemmhhh”, Dinda menggerakkan pinggulnya dengan liarnya, maju-mundur, naik-turun, dan berputar. Pokoknya untuk menjaga agar penis Jajang yang mengisi vaginanya terus bergesekkan dengan alat kelaminnya. Jajang menyaksikan pemandangan anak majikannya itu bergoyang di atas penisnya sambil tersenyum.
Tangan Jajang pun asik meremasi kedua buah payudara Dinda. Insting membuat Dinda bergerak dengan begitu liar dan agresif, sama sekali tak terlihat kalau dia baru pertama kali berhubungan intim. Hanya butuh satu batang kejantanan yang kokoh untuk memancing sisi Dinda yang lain. Sisi lain Dinda yang ternyata sangat suka akan rasa nikmat saat mengocok alat kelamin laki-laki dengan kemaluannya.
“argh ! gak tahan lagi gue !”. Sardi langsung naik ke atas tempat tidur dan mendorong Dinda ke depan. Dia sudah tak tahan lagi mendengar desahan dan melihat anak majikannya itu bergoyang liar di atas penis Jajang, dia harus menyodokkan penisnya ke dalam tubuh indah yang ada di atas Jajang itu.
“mau apa, Pak ?!”, tanya Dinda yang merasakan sesuatu pada pintu masuk lubang pantatnya.
“udah gak tahan, non..pengen nyodok pantatnya non Dinda ! HEHEHEHE !!”.
“jangan, Pak !”, Dinda langsung menutupi pantatnya dengan kedua tangannya.
Jajang langsung mengambil kedua tangan Dinda dan menindihnya di bawah punggungnya.
“egh ! jangan, Pak ! aku nggak mau !!”. Rasanya lucu melihat Dinda menolak pantatnya disodomi Sardi jika dilihat dari penis Jajang yang sudah lama menyesakki liang vaginanya. Lagipula, bukan gadis imut itu yang memegang kendali, melainkan Jajang dan Sardi sebab ‘tongkat kendali’ berada di tubuh kedua pria tua itu. Sedangkan, tubuh Dinda hanyalah ‘kapal’ nafsu birahi yang sebentar lagi akan ‘dinahkodai’ oleh 2 orang sekaligus.
“non Dinda tenang aja. lebih enak kok disodok depan belakang..hehehe”, bisik Jajang.
“jangaan, Pak ! jaang…HMMMPPFFHHH !!!”, Dinda menggigit bibir bawahnya dengan kencang. Rasanya luar biasa perih di pantatnya. Seakan lubang pantatnya akan terkoyak.
“HEENNGGHHH !!! AAAKKHHH !!”. Sardi masa bodoh dengan rintihan kesakitan Dinda. Dia terlalu asik mendorong penisnya masuk ke dalam lubang anus Dinda yang sempit luar biasa.
“EEEGGGHHH !”. Air mata keluar dari sela-sela matanya, perih luar biasa.
Nafas Dinda terasa pendek sekali, bagian bawah tubuhnya sungguh tak nyaman. Tak nyaman karena terasa penuh berjejalan. Kedua lubang di bagian bawah tubuhnya disumbat oleh 2 batang penis yang besar. Sardi diam tak bergerak, penisnya sudah tak bisa masuk lagi ke dalam liang anus Dinda. Jajang juga tak menggerakkan ‘tiang’ miliknya. Meski bejat, tapi mereka masih memikirkan anak majikannya yang kelihatan belum beradaptasi. 2 pria tua itu cukup mengerti keadaan Dinda. Gadis imut itu baru pertama kali disetubuhi tapi sudah disodok depan belakang sekaligus, pastilah ‘berat’ baginya. Dinda belum pernah merasakan seperti ini. Bagian bawah tubuhnya benar-benar terasa penuh sesak. Sementara Jajang dan Sardi sedang menikmati betapa hangat dan sempitnya lubang di tubuh anak majikannya, khususnya Sardi. Dinda yang sedang menahan sakit tentu secara alami mengencangkan pantatnya, dan tentu liang anusnya yang semakin mengecil membuat penis Sardi semakin ‘tercekik’ di dalamnya.
Bisa dibilang, posisi Dinda sudah ‘terkunci’. Dengan penis pembantunya yang mengait vaginanya dengan kuat dan penis supirnya yang menancap di liang anusnya dengan kokoh, tentu membuat Dinda tak bisa kabur kemana-mana. Gadis cantik itu tak akan bisa meloloskan diri dari himpitan Jajang dan Sardi selama batang kejantanan Jajang dan Sardi masih nyangkut di 2 lubangnya. Melihat posisinya sekarang, tubuh Dinda bagai jembatan penghubung saja. Jembatan yang menghubungkan antara organ kejantanan Sardi dengan organ kejantanan Jajang. Mendengar irama nafas Dinda yang mulai teratur, Jajang iseng menggerakkan penisnya sedikit.
“aammhh…”, lirih Dinda pelan yang menandakan rasa pedih di pantatnya sudah agak mereda. Jajang mengenyot-enyot payudara kiri Dinda sementara Sardi menciumi tengkuk leher Dinda. Kedua pria tua itu merangsang Dinda agar membuat ABG cantik itu ‘nyaman’ alias rasa sakit dari lubang anusnya yang baru saja diperawani segera hilang.
“non…Pak Sardi mulai yaa..”, bisik Sardi sambil terus menciumi tengkuk leher Dinda.
“pe..pelan..pelan..Paakh”, pinta Dinda pelan.
“iya, non…”. Sesuai permintaan, Sardi menarik penisnya dengan sangat perlahan dan sedikit sebelum mendorong masuk ke dalam lagi. Meski sama-sama kasar dan bejat pada awalnya, tapi Jajang dan Sardi cukup ‘lembut’ juga terhadap Dinda. Mungkin karena Dinda yang tak melakukan perlawanan berarti dan bisa dibilang cukup ‘kooperatif’, Sardi dan Jajang jadi tak mau menyakiti Dinda.
“EMNNG”, erang Dinda masih merasakan nyeri saat penis Jajang dan Sardi mulai bergerak perlahan. Tarik-dorong-tarik-dorong dan seterusnya. Sardi dan Jajang melakukannya dengan sangat perlahan. Mereka tak ingin ABG cantik yang sedang mereka ‘kait’ itu merasa kesakitan.
“uuuhhmmm mmmhhhh aaahhhhh aahhh !!”, desah Dinda. Akhirnya, Dinda mulai merasakan nikmatnya penetrasi ganda. Gerakan batang keras yang bergerak keluar masuk di liang vagina dan liang anusnya sekaligus, memberikan sensasi yang sungguh luar biasa. Jajang terus menggesek vagina Dinda dan Sardi terus menggosok liang anus Dinda.

Dinda benar-benar terbuai dengan kenikmatan yang ia rasakan. 2 hari yang lalu, bicara dengan cowok saja ia masih malu-malu, tapi kini dia sedang digarap 2 lelaki sekaligus. Nasib yang sama sekali tak terduga.
“OOOHH PAAKKHH OOOHHHH AAAHHHH !!!!”, erang Dinda melepaskan puncak kenikmatannya. Orgasmenya tentu lebih cepat dari sebelumnya. Sementara Sardi dan Jajang masih tenang ‘menggaruki’ liang vagina dan liang anus Dinda. Kadang saat Jajang mendorong penisnya, Sardi menarik penisnya, dan sebaliknya. Dan kadang, Sardi dan Jajang sama-sama menarik dan sama-sama mendorong penisnya. Variasi gerakan kedua pria tua itu membuat Dinda bahkan lebih cepat orgasme dari sebelumnya. Apalagi saat Sardi dan Jajang menarik penisnya bersamaan, membuat Dinda merasa ditarik ke 2 arah berlawanan secara bersamaan, sungguh sensasi yang benar-benar luar biasa. Jika saja ada yang masuk ke kamar Dinda saat ini, pasti akan langsung tercengang dengan apa yang ada di atas ranjang.
Seorang ABG cantik dengan tubuh yang begitu putih mulus terhimpit di antara dua tubuh hitam, dan 2 penis yang keluar masuk dari depan dan belakang. Gerakan penis Jajang dan Sardi begitu kompak, merojoki tubuh yang ada di tengah-tengah mereka. Desahan Dinda pun begitu lepas, dia benar-benar sedang dilanda kenikmatan. Wajahnya menunjukkan semuanya. Jajang-Dinda-Sardi, ketiganya begitu menikmati persenggamaan mereka. Tak hanya Sardi dan Jajang, Dinda juga tak ingin kenikmatan yang sedang dirasakannya berakhir. Kalau saja Dinda tahu kalau ‘diperkosa’ 2 pria sekaligus rasanya senikmat seperti sekarang, pasti Dinda sudah meminta supir dan pembantunya itu untuk menyenggamainya sedari dulu.
“AAH AAH NONNHH !!! AAAAKHHHHH !!!! CRROOTT !! CRROOOT CROOOTT !!!!”. Jajang menusukkan penisnya ke atas sampai mentok di vagina Dinda untuk ‘menembak’ sel telur Dinda dalam jarak sedekat mungkin. Letupan sperma Jajang sangat kuat. Lebih dari 5x letupan sperma ditembakkan Jajang, menghangatkan rahim dari anak majikannya itu.
“mmmm”. Dinda merasakan rasa hangat di rahimnya. Rasa hangat yang membuat alat kelaminnya terasa begitu nyaman.
“Di angkat non Dinda…”. Tanpa mencabut keluar penisnya dari anus Dinda, Sardi mendekap tubuh Dinda dan mengangkatnya dari atas Jajang. Jajang langsung menyingkir.
“emmhhh mmhhh”. Sungguh terlihat seksi saat Dinda bertumpu pada lututnya di atas tempat tidur sementara tangan supirnya melingkar di pinggangnya. Apalagi saat Dinda menengok ke belakang agar Sardi bisa mencumbu bibirnya sambil terus disodomi di pantatnya oleh supirnya itu. Seperti adegan seksual yang biasa ditampilkan di film-film biru. Tangan Sardi pun asik meremas-remas kedua kemasan susu Dinda yang membusung ke depan karena posisinya yang sekarang. Jajang menyaksikan Dinda yang begitu menikmati berciuman sambil disodomi Sardi. Terlihat sensual sekali anak majikannya itu. Tanpa disuruh, Dinda menurunkan bagian atas tubuhnya. Kini, dia bertumpu pada kedua lutut dan tangannya. Posisi yang sangat jelas memberi sinyal kepada Sardi.
Sinyal yang memberi tahu kalau ABG imut itu ingin disodok sekuat-kuatnya dari belakang.
“OOOHHH !!! TEERUUSSHH PAAKKHHH !!! OOOHHHH !!! YEESSHHH !!!”. Sardi semakin nafsu menghentak-hentakkan penisnya setelah mendengar suara desahan Dinda. Mulai dari menarik kedua tangan Dinda, mendekap tubuh Dinda, dan berpegangan pada pinggang Dinda, semuanya Sardi lakukan agar bisa menyodok anus Dinda sekuat-kuatnya.
“pook !! pook !! pokk !! pook !!!”, suara tumbukan antara selangkangan Sardi dengan kedua bongkahan pantat Dinda yang montok itu. Tak hanya Sardi yang ‘bekerja’, tapi Dinda juga melakukan umpan balik yang sangat membantu. Saat Sardi menusukkan penisnya maju, Dinda memundurkan pantatnya. Benar-benar gerakan yang padu dan harmonis bagi 2 insan yang umurnya terpaut jauh itu.
“oooh ohhh oohhh”. Desahan mereka berdua saling bersahut-sahutan, mereka berdua bermandikan keringat mereka masing-masing.
“PAAAKKKHHH !!!!!!”.
“NOONNNHHH !!!”. Tubuh mereka berdua sama-sama mengejang dan kaku.
Dari kepala sampai pangkal penis Sardi semuanya terkubur dalam di anus Dinda. Rasa hangat kini dirasakan Dinda di liang anusnya juga. Vaginanya terasa hangat juga. Campuran darah + cairan vagina + sperma Jajang meleleh keluar dari vagina Dinda. Sardi mencabut penisnya, puas sekali rasanya.
“hhh hhh”. Bagai robot kehilangan sumber tegangan, tubuh Dinda langsung ambruk dan telungkup di atas tempat tidur. Benar-benar lelah sekali rasanya, seperti habis lari 10 km, perasaan Dinda. Padahal tadi sama sekali tak terasa lelah. Nafasnya terengah-engah, keringat bercucuran dimana-mana namun Dinda merasa hangat dan nyaman di liang vagina dan anusnya. Dinda menengok ke belakang saat merasa kedua bongkahan pantatnya diremas-remas.
“non, Pak Jajang nyobain pantatnya ya, tadi kan belom HEHEHE”.
“mmhh..”, jawab Dinda dengan suara lemah. Tentu dia tahu, dia tak bisa menolak pembantunya itu. Kondisinya yang lemah dan juga ada keinginan untuk lagi membuat Dinda pasrah terhadap apa yang akan dilakukan supir dan pembantunya yang kelihatannya akan ‘berdiri tegak’ secara bergantian.
Seharian itu, Jajang dan Sardi memaksa Dinda untuk melayani nafsu bejat mereka terus menerus. Kedua pria tua mesum itu ternyata memiliki stamina seperti kuda liar. Tenaga mereka seakan tak habis-habis untuk ‘menjajah’ tubuh semok anak majikan mereka itu, tongkat mereka seakan tak mau beristirahat, selalu bisa berdiri kembali setelah istirahat beberapa menit saja. Entah mereka benar-benar perkasa, menggunakan obat kuat, atau punya ajian tertentu. Dinda pun secara mengejutkan juga mempunyai stamina yang luar biasa untuk wanita yang baru pertama kali berhubungan intim. Meski dia sudah sangat lemas sampai tak bisa mendesah, tapi setidaknya dia masih sadar meskipun Jajang dan Sardi terus menerus menggempurnya secara bergantian. Memang tak masuk akal, namun sampai malam mereka bertiga masih asik berpesta sex. Jajang dan Sardi begitu ketagihan dengan liang vagina Dinda yang luar biasa sempit, dan anusnya apa lagi, lebih sempit. Rasa nikmat yang berkelanjutan tentu membuat perubahan psikologis pada Dinda.
Kini, artis imut itu malah menyukai saat benda tumpul Jajang atau Sardi masuk ke dalam tubuhnya, mengisi relung vagina atau anusnya. Akhirnya mereka bertiga tertidur, tak kuat lagi. Sungguh hari yang menyenangkan dan memuaskan bagi Jajang dan Sardi, penis mereka sudah kering kerontang, isinya kini ada di dalam tubuh anak majikan mereka, membanjiri rahim dan anusnya serta membasahi tenggorokannya. Dan untuk Dinda, entahlah, hari yang menyenangkan juga atau hari paling sial baginya. Tapi, wajah Dinda terlihat ‘lega’ dan lepas. Saking banjirnya rahim Dinda, lelehan-lelehan cairan terus keluar dari vagina Dinda. Kalau Dinda sampai hamil, mungkin mereka bertiga pun takkan tahu siapa ayahnya sebab kedua pria tua itu sama-sama ikut ambil bagian dari proses pembuatannya dan sama-sama ‘menanam saham’ di rahim Dinda berkali-kali. Satu hal yang pasti, sperma Jajang dan Sardi tercampur dengan rata di dalam rahim Dinda. Selama tertidur, sperma-sperma Jajang dan Sardi sedang berusaha menjebol pertahanan rahim gadis cantik itu.
Dinda membuka matanya, sepertinya sudah pagi. Dia baru sadar kalau ada dua buah tangan di kedua buah payudaranya. Kedua tangan itu pastilah tangan Sardi dan Jajang. Kemarin, seharian, artis imut itu dijajah habis-habisan oleh 2 pria tua itu. Karena memang cuma bertiga, Sardi dan Jajang bisa puas menggumuli Dinda, menikmati tubuh sintalnya tanpa takut ketahuan orang tua gadis imut itu. Daerah intim Dinda sudah benar-benar berantakan. Noda-noda putih yang telah mengering seakan-akan menjadi hiasan selangkangan Dinda. Selama sehrian penuh kemarin, Dinda harus melayani 2 pria yang telah menjadikannya sebagai budak seks. Bahkan Dinda sama sekali tak bisa turun dari tempat tidurnya kecuali ke kamar mandi, itu pun digendong Jajang atau Sardi. Dia terus dicabuli kedua pelayannya. Sardi dan Jajang tak membiarkan anak majikannya yang imut itu kemana-mana. Dinda tak bisa kabur, jika Dinda beralasan lapar atau haus, Sardi akan turun mengambilkannya sementara Jajang menindih dan mencumbui Dinda sehingga gadis cantik itu tak bisa melarikan diri.
Dinda memegang perutnya, entah sudah berapa liter sperma yang telah menggenang di rahimnya. Dinda sama sekali tak bisa membayangkan kalau dia sampai hamil. Anehnya, pikiran Dinda bukan takut apa yang akan terjadi pada kehidupannya. Tapi, dia berpikir siapa ayahnya ? tak mungkin dia mengetahui siapa yang telah menghamilinya. Apakah nanti dia akan mempunyai 2 orang suami ?, pikir Dinda yang malah memancing gairahnya. Seharian penuh ‘diguncang’ 2 pria perkasa sepertinya mulai mengubah Dinda.
“Pak Jajang, Pak Sardi bangun dong”.
“ha ? emm ? apa ? siapa ? kenapa ?”.
“ha ? apaan sih ?”.
“bangun, udah pagi nih”, ujar Dinda yang anehnya terdengar agak manja.
“ha ? iyaa..”. Tapi mereka berdua sama sekali tak bergerak. Dinda pun menyingkirkan tangan Jajang dan Sardi dari kedua buah payudaranya. Dia turun dari ranjang dan menuju kamar mandi.
Berbeda sekali, hawa kamar mandi dengan hawa kamarnya. Di kamar mandinya, Dinda mencium aroma segar dan wangi, namun di kamarnya, aroma alat kelamin dan persetubuhan begitu kental. Sambil mandi dan membersihkan tubuhnya, Dinda mengingat-ingat apa yang telah terjadi kemarin.
“ayo dong, bangun”. Mencium aroma harum, Sardi membuka matanya perlahan. Dan ketika melihat sesosok tubuh putih mulus di ambang pintu kamar mandi, mata Sardi langsung terbuka lebar. Dinda tersenyum ketika Sardi melongok memandangi tubuhnya.
“Jang ! Jang ! bangun, Jang !”.
“ha ? apaan sih ?”.
“noh liat !”. Jajang juga melongok melihat Dinda yang berdiri di ambang pintu kamar mandi tanpa sehelai benang pun menempel di tubuh sintalnya. Meski sudah melihat tubuh telanjang Dinda kemarin, tapi melihat gadis cantik itu berdiri tanpa mengenakan apapun dan tanpa malu-malu adalah sebuah pemandangan yang benar-benar sempurna untuk sebuah pagi cerah bagi Jajang dan Sardi.
“wah, non Dinda udah mandi nih ?”.
“iyaa..”, jawab Dinda sambil tersenyum.
“oh iyaa..sekarang hari senin..non Dinda mesti berangkat sekolah..”. Meski kurang ajar telah membuat Dinda melayani nafsu bejat mereka semalaman kemarin, tapi Jajang dan Sardi masih sadar kalau harus melayani anak majikannya itu untuk berangkat sekolah.
“enng..aku gak mau sekolah hari ini…”.
“lho ? kenapa, non ?”.
“enngg…akuu..akuu..”, Dinda menggigit bibir bawahnya. Gelagat artis imut itu tentu ‘mengundang’ Jajang dan Sardi untuk mendekatinya. Dengan kompak, Jajang dan Sardi masing-masing menggenggam bongkahan pantat Dinda yang empuk nan kenyal itu.
“jangan-jangan non Dinda mau kita entotin lagi kayak kemaren ya ?”, tanya Sardi yang pikirannya sudah sangat penuh dengan pikiran mesum terhadap anak majikannya yang cantik itu. Dinda mengangguk perlahan, wajahnya agak memerah, dia merasa malu untuk mengakuinya.
“jadi non Dinda mau bolos supaya bisa ngelayanin kita di ranjang ya ? hehe”, ujar Jajang melecehkan Dinda.
“mm..iyaa”, jawab Dinda, menambah warna merah di wajahnya.
“non Dinda suka kita entotin ?”.
“hm mh”. Tubuh Dinda justru terasa menghangat mendengar lecehan-lecehan Jajang dan Sardi yang merendahkan dirinya.
“berarti mulai sekarang non Dinda harus mau kita entot kapan aja n’ dimana aja kita mau..”.
“iyaa, Pak…”, jawab Dinda yang mulai terangsang. Jajang dan Sardi asik mengendusi tubuh sang gadis bertubuh sintal nan berkulit putih mulus. Aroma tubuh Dinda yang segar dan harum tentu membangkitkan gairah 2 pria tua itu dengan sangat cepat. Senjata mereka berdua juga sudah sangat siap. Bukan siap untuk menjajah lagi, tapi mungkin, lebih tepat jika dikatakan siap ‘mengawal’ sang artis imut bernama Dinda Kirana di atas singgasananya alias ranjangnya yang sudah awut-awutan dan noda sperma dimana-mana. Namun di tempat itulah, 2 orang pria tua dan seorang gadis muda merasa nyaman untuk merasakan nikmatnya dunia. Kali ini, Dinda melayani Jajang dan Sardi dengan sepenuh hati, tak segan-segan memberikan tubuhnya kepada pembantu dan supirnya itu. Dan hari itu, seperti kemarin, Dinda lalui tanpa turun dari ranjang, tapi kali ini, atas kemauan Dinda sendiri. Dan mungkin hari-hari selanjutnya akan seperti itu jika keadaan memungkinkan sebab Dinda kini sudah bertekad bulat untuk menyediakan rahimnya untuk Jajang dan Sardi. Dihamili Jajang dan Sardi merupakan keinginan terbesar Dinda saat ini. Desahan mulai terdengar lagi dari kamar gadis imut itu seketika Jajang dan Sardi mulai menggumulinya lagi. Keesokan harinya, Dinda terbangun karena alarmnya, jam setengah 6 pagi. Jajang mendekap gadis cantik itu dari belakang dan Sardi memeluknya dari depan. Baik 2 pria tua itu maupun si artis cantik sama-sama tak mengenakan pakaian apapun. Sejak dari minggu pagi sampai selasa pagi, tak ada sehelai benangpun yang menutupi tubuh seksi Dinda, semuanya terbuka, bebas untuk digeluti oleh kedua pejantannya, siapa lagi kalau bukan Jajang dan Sardi. Sang pemerkosa Dinda yang malah jadi ‘majikan’ Dinda sejak pagi kemarin.
“Pak Jajang, Pak Sardi, bangun..”, ujar Dinda dengan suara yang begitu lembut dan manja seperti seorang istri yang sedang membangunkan suaminya. Tapi, untuk kasus Dinda, istri yang sedang membangunkan suami-suaminya.
“udah pagi ya, non ?”.
“iyaa, Pak..ayo dong, bangun, aku kan mau sekolah..”.
“iya, non..”. Jajang dan Sardi melepaskan pelukannya. Dinda pun bangun dan menuju kamar mandi. Sama halnya seperti kemarin, dia berjalan dengan agak tertatih-tatih. Selama 2×24 jam, meskipun tak terus menerus, alat kelamin dan duburnya disodok oleh 2 benda tumpul yang tergolong besar dan keras, tak mungkin jika selangkangan artis imut yang baru merasakan nikmatnya proses reproduksi itu tak terasa ngilu. Dinda keluar kamar mandi, Jajang dan Sardi sudah tak ada, begitu juga dengan sprei, selimut, bantal, dan juga gulingnya sudah tak ada di ranjangnya. Dinda memakai seragam sekolahnya. Akhirnya, setelah melalui 2 hari tanpa pakaian, dia bisa merasakan betapa hangatnya jika memakai pakaian. Dinda keluar dari kamar dan menuju ruang makan.
“non, sarapan udah siap”, ucap Jajang.
“iyaa, Pak. makasih yaa..oh iyaa, Pak..seprei, selimut, bantal sama guling di cuci yaa ?”.
“iya, non..abisnya bau sih hehe”.
“ntar sekalian dikasih pewangi ruangan yaa, Pak ?”.
“emangnya kenapa, non ?”.
“masih bau, Pak ?”.
“bau apa, non ?”, goda Jajang.
“..engg…”.
“bau apa, non ? Pak Jajang nggak ngerti ?”.
“mm..bau…”. Wajah Dinda menjadi merah, dia menatap ke bawah. Dia tahu kata apa yang mesti diucapkan, tapi rasanya malu sekali untuk mengatakannya, masalahnya dia belum pernah mengucapkannya. Dan dia tahu kalau Jajang sedang melecehkannya, menggodanya, dan memaksanya secara halus untuk mengatakan ‘kata’ itu.
“bau apa sih non ?”, Jajang tersenyum licik.
“nng..ba..bau peju..”, ucap Dinda cepat, wajahnya merah bagai tomat.
“oh bau peju..bilang dong, non HAHAHA !! iya, ntar Pak Jajang semprot pake pewangi ruangan”. Anehnya, dilecehkan seperti itu, Dinda serasa tak bisa marah kepada Jajang, dia hanya bisa menahan rasa malunya, menerima pelecehan dari Jajang.
“Pak Jajang, aku berangkat sekolah dulu yaa”. Tiba-tiba Jajang langsung menarik Dinda ke pelukannya dan melumat bibirnya.
“emmhh mmhhh uummmhhh”. Dinda seakan tak bisa menolak, dia membiarkan pembantunya itu melumat bibirnya sesukanya.
Dengan leluasa, Jajang menyedot bibir anak majikannya yang cantik jelita itu sambil asik meremasi pantat Dinda juga.
“ccpphh sspphh”. Lidah Jajang menyelip masuk ke dalam mulut Dinda dengan mudahnya.
“Pak..aku..mau..berangkat…”, ucap Dinda terputus-putus saat Jajang mengecupi bibirnya.
“oh iya, non..hehe..maaf, Pak Jajang lupa hehe..”. Dinda tersenyum dan mengelap mulutnya yang berlumuran air liur Jajang dengan tisu dari meja makan. Dinda sebagai anak yang punya rumah seolah tak punya rantai komando lagi di rumahnya sendiri karena peristiwa yang baru saja terjadi menegaskan kalau Jajang dan Sardi lah yang berkuasa sedangkan Dinda lah yang menjadi ‘pelayan’nya. Buktinya, tadi Jajang bisa mencumbu bibir anak majikannya itu tanpa mendapatkan perlawanan sedikit pun.
“non Dinda, pulang sekolah langsung pulang ya ?”.
“kenapa, Pak ?”.
“Pak Jajang udah kangen ngeliat non Dinda nggak pake baju hehe”, bisik Jajang sambil meniup telinga Dinda. Dinda pun tersenyum malu mendengar kata-kata pembantunya itu yang sebenarnya sangat merendahkan dirinya sebagai anak majikan.
“ayo, Pak. kita berangkat..”.
“non Dinda duduk di depan dong..”. Tanpa sadar, Dinda menuruti Sardi yang sebenarnya memberi perintah kepadanya.
“aneh rasanya..”, celetuk Sardi saat menyetir.
“aneh kenapa, Pak ?”.
“aneh ngeliat non Dinda pake baju lagi KEKEKE !!”. Memang enak sekali melecehkan ABG cantik yang menerima semua lecehan dan tak marah, itulah yang dirasakan Jajang dan Sardi sebab anak majikannya itu hanya tertunduk malu dan tak pernah marah walau dilecehkan seperti apapun. Contohnya, kemarin, Dinda menjilati kaki Sardi atas perintah Sardi dan menjilati ketiak Jajang atas perintah Jajang. Semua hal mesum yang pernah dilihat dan didengar Jajang dan Sardi dipraktekkan kepada artis imut itu.
Bagi 2 pria tua seperti Jajang dan Sardi, bisa ‘menguasai’ gadis ABG yang berwajah cantik, bertubuh sexy, dan juga berstatus artis adalah sebuah mimpi yang jadi kenyataan. Dan untuk Dinda, entahlah, apa dia harus merasa sedih atau bagaimana menjadi budak seks bagi 2 pelayannya sebab kata-kata dan perintah cabul dari Sardi dan Jajang yang melecehkannya malah menimbulkan rasa geli dan memancing gairahnya. Dinda sendiri tak tahu telah jadi apa dirinya, pokoknya dia merasa begitu bergairah saat Jajang dan Sardi melecehkannya.
“Pak Sardi, nanti jemput kayak biasa yaa..”.
“iya, non..tapi tunggu dulu, non..”. Sardi menahan tangan Dinda.
“a..”. Belum sempat berkata, bibirnya langsung disambar supirnya itu.
“mmm emmm”. Seperti tadi di rumah, Dinda tak kuasa menolak cumbuan Sardi yang semakin ganas melumat bibir lembut Dinda. Bibir Dinda memang sangat lembut, tak heran Jajang dan Sardi begitu ketagihan mencumbunya. Bagai lupa segalanya, Dinda malah membalas lidah Sardi, lidah mereka berdua pun saling melilit.
Saat Sardi menarik bibirnya, Dinda malah memajukan mulutnya bagai mencari-cari bibir Sardi.
“non Dinda..enak yaa dicipok Pak Sardi ? KEHEHEHE !!”. Dinda tersadar, matanya terbuka, dan mengulum bibir bawahnya, malu karena memang benar dia menikmati percumbuan tadi. Dinda melihat ke jamnya, jam 06.50.
“aduh, Pak..aku telat..”. Dinda langsung keluar dari mobil dan berlari menuju gerbang sekolah. Saat dia di depan gerbang, dia baru ingat kalau mulutnya basah oleh air liur Sardi sehabis ciuman tadi. Untungnya, dia bawa tisu, dia langsung mengeringkan mulutnya sebelum melewati gerbang sekolah yang sebentar lagi akan ditutup. Seharian, setiap kali Dinda menelan ludah sekedar untuk membasahi tenggorokannya, pasti ada rasa sperma di tenggorokannya. Mungkin karena seharian kemarin, Jajang dan Sardi tak hanya menumpahkan mani mereka ke rahim dan anus Dinda, tapi juga mencekoki gadis imut itu untuk meminum cairan hina dari alat kelamin mereka berkali-kali sampai sang artis cantik selalu merasa seperti sedang menelan sperma. Dinda agak berhati-hati mengobrol dengan teman-temannya, takut mereka bisa mencium aroma sperma dari nafasnya. Melihat tingkah Dinda yang sama seperti hari biasanya, pastilah tak ada yang menduga.
Benar, pasti tak akan ada yang menduga alasan sebenarnya kenapa gadis berparas imut itu tak masuk sekolah kemarin. Bukan karena sakit seperti yang ia bilang, melainkan karena ia sibuk melayani nafsu bejat supir dan pembantunya di atas ranjangnya sendiri seharian. Teman-teman Dinda yang berwajah tampan, kaya, maupun yang pintar hanya bisa melihat tubuh indah Dinda dalam mimpi dan fantasi mereka sama seperti para fans Dinda. Sedangkan Jajang dan Sardi yang tak ayal hanyalah 2 orang pria yang sudah tua, hidup pas-pasan, dan tak sampai mengenyam bangku SMA, mereka bisa melihat tubuh seksi Dinda tanpa ditutupi sehelai benang pun. Bahkan, mereka bisa menyuruh artis berwajah imut nan polos itu apa saja termasuk menari striptease khusus untuk mereka berdua. Sekolah pun usai, namun tak seperti biasa, Dinda sama sekali tak merasa lelah, tubuhnya terasa segar-segar saja, meski memang, rasa ngilu selalu muncul di selangkangannya setiap ia berjalan cepat. Sekolah hari itu pun terasa ‘ringan’ bagi Dinda, dia juga tak tahu mengapa.



Dinda Kirana Part II

Bagikan :
Rin..gue balik duluan yaa..”.
“yaudah, Din..”. Dinda tak sabar ingin segera pulang. Harusnya sebagai gadis terhormat, dia tak ingin pulang ke rumah karena ada 2 pria tua yang menjadikannya budak seks. Tapi, entahlah. Selangkangan Dinda terasa lembap, sebab ia membayangkan begitu sampai di rumah, Jajang dan Sardi akan langsung menelanjanginya dan menggempurnya habis-habisan. Melihat bidadari cantik mendekatinya, Sardi tersenyum licik, membayangkan tubuh indah yang ada di dalam seragam bidadari yang sedang berjalan ke arahnya bisa ia nikmati begitu sampai di rumah.
“ayo non Dinda sayang, silahkan masuk ke mobil”, canda Sardi dengan nada yang mesra. Dinda hanya tersenyum dan tersipu malu. Malu karena dia belum pernah dipanggil sayang oleh cowok selama ini. Panggilan sayang perdana Dinda dari orang lain, tak termasuk keluarganya, malah dari supirnya sendiri yang bahkan telah menidurinya berkali-kali bersama pembantunya. Sardi menutup pintu mobil setelah Dinda duduk di samping tempat duduk pengemudi. Antar-jemput kali ini memang benar-benar beda bagi Sardi. Berbeda 180 derajat. Biasanya Dinda selalu duduk di jok belakang dan jarang mengobrol dengan Sardi. Tapi, kali ini, Dinda duduk di jok depan dan Sardi bisa melakukan apa saja terhadap anak majikannya itu. Tadi pagi saja, Sardi bisa mencipok Dinda tanpa ada perlawanan dan penolakan. Bayangkan apa yang akan dilakukan Sardi sekarang, saat Dinda sudah pulang sekolah.












“aah capek !”. Dinda merasa nyaman sekali bersender ke jok mobilnya. Sardi menyalakan mobil dan ac. Tanpa izin, Sardi langsung memalingkan wajah Dinda ke arahnya dan langsung ‘menyabet’ bibir mungil Dinda yang tipis nan lembut itu.
“emmmhhh mmmm cccppp”. Tanpa kuasa, Dinda tak mampu menghindar dari cumbuan Sardi. Gadis imut itu sebenarnya khawatir, ada temannya memergokinya sedang bercumbu dengan supirnya sendiri di dalam mobil karena ia masih di areal sekitar sekolah. Tapi, mau apa dikata, Dinda sudah takluk dengan keperkasaan Sardi, dan kata-kata ejekan Sardi seakan memberi doktrin ke gadis imut itu.
Doktrin yang mengatakan kalau dia harus menuruti segala kemauan supirnya itu, tak boleh berkata tidak. Lidah mereka berdua saling bertautan, saling belit, saling pagut. Sepertinya Dinda sudah tak peduli dimana dia sekarang, Dinda terlihat begitu menikmatinya. Mereka berdua saling pagut, saling melumat dan menghisap bibir satu sama lain. Tangan Sardi mulai melakukan gerilya. Satu per satu kancing seragam Dinda dibuka Sardi. Bukannya Dinda tak sadar kalau Sardi mulai berusaha menelanjanginya, tapi gadis imut itu seperti membiarkan Sardi, seolah-olah dia tak bisa melarang supirnya itu untuk menelanjanginya. Sardi menangkup kedua buah payudara Dinda yang sudah tak terbungkus apa-apa karena kancingnya telah terbuka semua dan branya juga sudah tersingkap ke atas. Kemasan susu Dinda yang padat berisi dan sangat empuk itu pun diremasi Sardi yang gemas.
“jaangaan, Paakhh…”, pinta Dinda melihat Sardi memonyongkan mulutnya. Mulut Sardi pun memburu puting pink pucat milik Dinda.
“apa, non ?”.
“jangan disini..”, jawab Dinda pelan, takut Sardi marah.
“apanya yang jangan di sini, non ?”.
“itu…”.
“apa ?”, Sardi memilin kedua puting Dinda.
“emm…nyusu”, jawab Dinda sambil menggigit bibir bawahnya.
“oh..jadi Pak Sardi nggak boleh nyusu di sini ya, non ? hemm ?”, goda Sardi, dia memain-mainkan pucuk payudara Dinda.
“i..iyaa..”, Dinda menggelinjang, ekspresi mukanya menunjukkan rasa nikmat mulai datang kepadanya.
“tapi kalo di rumah boleh kan nyusu ama non Dinda ?”.
“b..bolehh..”, muka Dinda memerah, dia merasa malu mengatakan itu.
“oke deh, non”, ujar Sardi sambil tersenyum dan memelintir kedua puting Dinda dengan sangat kencang.
“tapi non Dinda harus buka semuanya dulu kalau mau Pak Sardi anter ke rumah”, tangan Sardi tetap menahan kedua puting Dinda yang dalam keadaan terplintir.
“i iyaa”.
Sambil tersenyum licik, Sardi melepaskan cubitan terhadap puting Dinda. Dinda mulai melepaskan baju seragamnya yang memang sudah terbuka dan melepaskan kaitan branya. Sardi tak mau melewatkan momen-momen yang sangat bagus ini. Matanya tak mau beralih dari Dinda yang sekarang sedang berusaha menarik roknya.
“nah, kalo telanjang gini kan non Dinda jadi tambah cakep HAHAHAHA !!”.
Sambil menutupi payudara dan daerah intimnya dengan kedua tangannya, Dinda menundukkan kepalanya dan memejamkan matanya. Akhirnya, kesampean juga, pikir Sardi. Supir tua itu memang selalu berfantasi menyetir mobil, sementara ada seorang gadis yang telanjang bulat di sampingnya. Dan sekarang, impiannya itu terwujud !. Di jalan, Sardi asik mengusili Dinda yang agak kedinginan karena Sardi menyalakan ac. Lampu merah adalah hal terburuk bagi Dinda yang tak mengenakan sehelai benang pun. Tentu saja menakutkan, meski kaca mobilnya terbuat dari kaca film tapi tetap saja, Dinda merasa begitu panik kalau ada pengendara motor yang melihat ke arah jendela mobilnya. Padahal, kaca jendela mobilnya cukup tebal, jadi ‘pemandangan’ di dalam mobil sama sekali tak bisa terlihat. Perasaan yang tak pernah dirasakan Dinda. Mendebarkan, memalukan, namun juga menggairahkan. Tak pernah Dinda merasakan adonan perasaan seperti sekarang. Belum lagi, kupingnya yang terasa panas, dilecehkan terus menerus oleh supirnya yang kurang ajar itu. Perjalanan pulang yang tak pernah terbayangkan oleh Dinda. Mereka sampai di rumah.
“nah, non, udah sampe rumah nih..”. Tiba-tiba Sardi merampas paksa baju, rok, bh, dan cd Dinda.
“ayo non Dinda, kita masuk ke rumah..”, ujar Sardi turun dari mobil.
“Pak Sardi, baju aku !!”.
“ha ? apa non ?”.
“balikin baju aku !!”.
“baju non Dinda kan kotor, jadi Pak Sardi mau nyerahin baju non ke Jajang biar langsung dicuci. kalo non Dinda mau masuk rumah, ya keluar aja HAHAHAHA !!!”, tawa Sardi puas mengerjai anak majikannya.
Dinda kebingungan berada di dalam mobilnya yang sudah dimatikan, ac tak lagi menyala, sendirian, dan paling parah bugil, tak ada sehelai benang yang menutupi tubuhnya. Satu-satunya cara, Dinda membuka jendela mobil agar udara bisa masuk. Tapi, tak lama kemudian, Sardi kembali.
“ini non bajunya”. Dinda mengambil cepat pakaian yang ditawarkan Sardi, dia benar-benar kesal kali ini. Dinda menaikkan kaca jendela mobil. Lucu juga, mengingat Sardi sudah melihat tubuh Dinda secara keseluruhan bahkan telah berkali-kali menggumulinya, tapi Dinda tetap menutup jendela agar Sardi tak melihatnya saat mengenakan pakaian. Dinda keluar dari mobil, wajahnya terlihat kesal, dia berjalan masuk ke dalam rumah tanpa mengeluarkan sepatah kata pun ke Sardi. Dia langsung mengunci kamarnya. Dinda tak tahu apa yang sedang dirasakannya. Kesal ? sedih ? atau malu ? diperlakukan dan dilecehkan seenaknya oleh pembantu dan supirnya sendiri. Kalau dipikir-pikir, itu adalah kesalahannya sendiri yang tak pernah melawan dan selalu nurut diperintah Jajang dan Sardi sehingga kedua pria tua bangka itu semakin semena-mena terhadapnya. Dinda merenung di dalam kamarnya. Apa dia benar-benar jadi budak Jajang dan Sardi, kenapa ini sampai terjadi padanya ?, pikir Dinda, bulir-bulir air mata keluar dari mata Dinda.
“cklk”. Pintu kamar terbuka, Jajang dan Sardi masuk ke dalam kamar. Baik Jajang ataupun Sardi sudah punya duplikat kunci kamar Dinda. Mereka berdua menduplikat kunci kamar Dinda tentu agar bisa semakin leluasa menggarap anak majikannya itu. Sebuah pemikiran cemerlang dari Jajang yang menduplikat kunci kamar Dinda kemarin, sebab jika sudah punya duplikat kunci, tentu tak harus menunggu kamar Dinda tak terkunci, ataupun jika rumah dalam keadaan sepi seperti sekarang. Dan yang paling penting, kapan pun, mereka berdua bisa menyelinap masuk ke dalam kamar Dinda untuk menggagahi si pemilik kamar di malam hari meski orang tuanya sudah pulang nanti.
“KELUAR !!!!!”, teriak Dinda.
“non..kita mau minta maaf..”.
“KELUAR !!”.
“non maafin kita”.
“AAAA !!!”, teriak Dinda. Jajang dan Sardi langsung keluar kamar. Ternyata dua pria tua bejat itu masih punya hati. Melihat Dinda yang sangat kesal dan sedih, mereka sepertinya mengerti. Sampai sekitar jam 6 sore, Dinda tetap berada di dalam kamar.
Akhirnya Dinda keluar kamar karena merasa lapar,tapi meja makan kosong melompong.
“non Dinda mau makan ?”, tanya Jajang yang tiba-tiba keluar dari dapur. Dinda hanya mengangguk.
“sebentar, non…”. Jajang menghidangkan makanan untuk anak majikannya itu tanpa berkata apa-apa, dia takut Dinda masih kesal, dan berbicara tentu akan memperburuk keadaan. Nasi dan lauk pauk yang enak terasa hambar bagi Dinda. Gadis ABG imut itu benar-benar bingung dengan pikirannya yang kalut dan perasaannya yang campur aduk.
“Pak Jajang !”.
“iya, non..”.
“aku udahan makannya..”.
“iya, non..”. Jajang merasa sedikit senang, akhirnya anak majikannya berbicara padanya meski belum lega karena takut dengan sikap Dinda. Sikap Dinda sangat berbeda dari kemarin yang kelihatan pasrah dan ketagihan digauli oleh kedua pria tua itu. Jajang dan Sardi takut sikap mereka yang mungkin sudah kelewat batas, membuat Dinda sangat kesal dan akan melaporkan perbuatan mereka pada polisi. Saat Jajang sedang mencuci piring, Dinda masuk ke dapur. Kesempatan yang baik bagi Jajang.
“non Dinda..”.
“apa, Pak ?”.
“Pak Jajang mau minta maaf..Pak Jajang sama Pak Sardi udah keterlaluan sama non Dinda..”.
“….”.
“tolong jangan laporin kita ke polisi…Pak Jajang sama Pak Sardi janji nggak bakal macem-macem ke non Dinda lagi..”. Dinda menarik nafas dalam-dalam, dia menatap mata Jajang.
“iyaa, nggak apa-apa, Pak…Aku udah nggak marah..”. Cukup mengejutkan jawaban dari Dinda. Jajang sampai terbengong mendengar jawaban anak majikannya itu, apalagi sambil tersenyum manis.
“yang bener, non ?”.
“iyaa, asal Pak Jajang sama Pak Sardi nggak ngejailin aku lagi..”.
“iya, non. Pak Jajang janji, suer..”. Dinda tersenyum lagi.
“Pak Sardi kemana ?”.
“di luar kayaknya lagi ngerokok..”. Dinda pun keluar rumah, berdiri di ambang pintu depannya.
“Pak Sardi !!”.
“iya, non !”. Sardi langsung membuang dan mematikan rokoknya.
“ada apa, non ?”.
“aku mau ngomong soal tadi siang..”. Sardi duduk bersama Dinda di sofa. Jajang ikut duduk di samping Dinda.
Dinda bicara hati ke hati kepada Sardi dan Jajang. Dia ingin agar Sardi dan Jajang tetap menghormatinya sebagai majikan dengan mengesampingkan kejadian 3 hari belakangan ini. Sardi dan Jajang juga sadar, mereka memang sudah keterlaluan. Kedua pria jelek itu mengakui kesalahannya telah memperlakukan Dinda dengan seenaknya. Aneh juga, peristiwa sore ini malah memperlihatkan sisi kedewasaan dari Dinda. Seakan-akan perbuatan Jajang dan Sardi selama 3 hari belakangan yang selalu melecehkan dan mempermalukannya malah menumbuhkan kedewasaannya. Sifat dewasa yang mengatakan kalau ada suatu masalah, harus diselesaikan dengan kepala dingin bukan dengan kepala panas.
“iya, non…kita janji nggak bakal kayak kemaren-kemaren..”.
“makasih ya, Pak, udah ngertiin aku..”, jawab Dinda tersenyum manis.
“harusnya kita yang makasih sama non Dinda..mau maafin kita..”.
“iya, Pak…”.
Sebenarnya, masih ada yang mengganjal pikiran kedua pria tua itu. Tentu berkenaan tentang tubuh Dinda. Apakah anak majikannya itu masih memperbolehkan mereka untuk menggagahinya ?. Tiba-tiba Dinda berdiri dan memegang tangan Jajang dan Sardi.
“yuk, Pak..”.
“ha ? ayuk ke mana, non ?”.
“ke kamar aku..”, jawab Dinda tersipu malu.
“ke kamar non ?”, wajah Jajang sumringah. Jawaban anak majikannya itu benar-benar mengejutkan namun sangat ‘segar’.
“iya, temenin aku belajar..”, ujar Dinda pelan sambil menggigit bibir bawahnya. Kata-kata itu keluar begitu saja dari mulut Dinda. Dia merasa begitu malu, secara terang-terangan, dia sendiri yang mengundang Jajang dan Sardi untuk ‘menemani’nya di kamar. Entah darimana, Dinda rasanya ingin sekali menghabiskan malam bersama pembantu dan supirnya. Padahal 2 pria itulah yang telah merenggut kehormatannya, telah menghancurkan masa depannya, dan telah mengambil keperawanan vagina, anus, dan mulutnya sekaligus. Namun, malam ini, Dinda ingin, ingin sekali rasanya merasakan benda tumpul milik Jajang dan Sardi masuk ke dalam tubuhnya baik melalui mulut, anus, ataupun alat kelaminnya.
Dinda menarik tangan Jajang dan Sardi agar mereka mengikutinya menuju kamar. Jajang dan Sardi pun saling bertatapan, keduanya tersenyum senang. Kali ini, anak majikannya sendiri yang mengajak mereka ke kamar. Jajang dan Sardi sama-sama memandangi pantat Dinda yang berguncang-guncang. Pantat semok itu sebentar lagi akan bergoyang-goyang di atas batang kejantanan mereka, pikir Jajang dan Sardi. Mereka bertiga duduk di tepi ranjang. Tak buang-buang waktu lagi, Jajang langsung menyambar bibir Dinda.
“mmmm uummm hhmmm ccppphhh hhemmm”. Dinda dan Jajang kelihatan asik sekali saling memagut bibir dan saling membelitkan lidah. Ciuman mereka benar-benar sangat panas dan bergairah, dan keduanya pun saling bertatapan dengan penuh arti. Kalah cepat dengan Jajang, Sardi agak kesal, tapi dia langsung mengambil langkah selanjutnya. Digenggamnya kedua susu Dinda, dan diremas-remas dengan sangat lembut dan penuh perasaan. Cukup mengejutkan, Dinda merogoh ke dalam celana Jajang dengan tangan kanannya dan merogoh ke dalam Sardi dengan tangan kirinya.

Jajang dan Sardi tentu kaget, tadi sore dia terlihat marah,tapi kini anak majikannya itu begitu agresif. Dinda mengikuti instingnya. ABG super imut itu tanpa malu-malu memainkan sambil mengocok kedua burung yang ada di genggaman kedua tangannya.
“non Dinda..kocokannya enak hehehe”, goda Sardi di telinga Dinda sebelum mulai mencolok-colok telinga Dinda dengan lidahnya.
“eemmm”, campuran rasa geli dan nikmat memang bisa menciptakan sensasi luar biasa seperti yang sedang dirasakan Dinda sekarang. Dinda melepaskan bibirnya dari pagutan Jajang dan menoleh ke arah Sardi. Tanpa basa-basi, Sardi langsung menyabet bibir anak majikannya itu. Jajang pun langsung menggeluti daun telinga Dinda yang satunya. Kedua pria tua nan jelek itu tak henti-hentinya merangsang gadis ABG cantik yang ada di antara mereka. Hawa di dalam kamar pun terasa lebih panas dan pekat dengan hormon sexual. Si artis cantik sekarang sudah sama bergairahnya dengan kedua pria tua yang sedang menggerayangi tubuhnya.
“aaaahhhh eennngghhhh”, lirih Dinda menahan geli-geli nikmat saat kedua telinganya digeluti Jajang dan Sardi bersamaan. Tadi sore, Dinda sudah mandi, tak heran kalau tubuhnya begitu harum dan segar.
“aaaahhhhh hemmmhhh uuummmm”. Dinda merasa liar dan seksi saat pembantu dan supirnya itu mulai menciumi dan menjilati lehernya. Udara AC yang dingin tak terasa lagi bagi Dinda. Tubuhnya terasa panas oleh gairahnya sendiri, dan mengeluarkan aroma sensual seperti hewan mamalia pada umumnya. Aroma sensual yang berasal dari hormon yang memang berguna untuk menarik pasangan, dalam hal ini, Dinda sebagai si betina telah mengundang kedua pejantannya, Jajang dan Sardi, untuk segera mengawininya dan melakukan reproduksi secara seksual yang tentu sangatlah nikmat.
“non Dinda gerah ya ?”, bisik Sardi.
“iyaa..”, jawab Dinda dengan manja.
“kalo gitu, baju sama celananya dibuka aja ya ?”.
“hm mh…”, Dinda mengangguk pelan.
Aroma tubuh yang wangi sensual, nada suara yang manja, gelagat dan ekspresi wajah yang begitu binal memang merupakan sinyal yang sangat jelas kalau gadis cantik itu sudah sangat bergairah dan sudah tak sabar ingin merasakan keperkasaan dan kejantanan dari kedua pria tua yang bersamanya. Mereka bertiga sama-sama berdiri, Jajang langsung jongkok sementara Sardi tetap berdiri berhadap-hadapan dengan Dinda. Artis imut itu merasa begitu liar dan nakal karena membiarkan Jajang dan Sardi untuk menelanjanginya. 2 pria tua dengan umur mereka mungkin 3x lipat lebih dari Dinda dan juga berwajah jauh di bawah standar ganteng. Benar-benar perasaan yang begitu liar. Tak butuh waktu lebih dari 2 menit bagi Jajang dan Sardi untuk melucuti pakaian yang menempel di tubuh anak majikannya itu. Tubuh yang putih mulus dan sungguh montok alias padat berisi. Jajang dan Sardi sudah tak sabar lagi ingin menggeluti dan merengkuh kenikmatan dari tubuh indah Dinda, dan tentu mereka berdua lebih tak sabar untuk menyelipkan ‘alat aduk’ milik mereka masing-masing masuk ke dalam tubuh anak majikannya yang kelihatannya juga menginginkan hal yang sama. Dinda naik ke atas ranjang lalu tidur terlentang, pose yang benar-benar menantang. Jajang dan Sardi langsung mengapit Dinda dari kiri dan kanan. Keduanya melanjutkan kegiatan mereka tadi, merangsang anak majikannya yang imut itu agar nafsunya semakin menggelora.
“mmmmhhhh aaahhhh oooouuhhh nngghhhh enaaaakkhhh Paaakhhhh”. Dinda mendesah keenakan, pembantu dan supirnya sedang menyusu kepadanya secara bersamaan.
Kedua buah payudara Dinda yang ranum itu habis diserbu mulut Jajang dan Sardi. Kedua ‘tutup’ kemasan susu Dinda tak henti-hentinya diciumi, dijilati, diemuti, bahkan dikunyah-kunyah oleh Jajang dan Sardi. Belum lagi, kedua pria tua itu juga menusuk-nusuk vagina anak majikannya itu dengan jari telunjuk mereka secara bergantian. Rasanya Dinda tak bisa bertahan lama-lama dari kenikmatan luar biasa yang dia rasakan saat ini. Kalau saja orang tua Dinda sedang ada di rumah, pasti mereka tak akan percaya kalau tak melihat langsung. Pemandangan yang sangat mencengangkan karena seorang gadis muda yang berkulit putih mulus dan berwajah cantik tengah bugil, tak mengenakan apapun, di antara 2 pria tua berpakaian lengkap yang asik mengenyoti susu si gadis muda sambil asik mengobel-ngobel vaginanya juga.
“UNNNHHHH !!!”, Dinda mengejang, tubuhnya menjadi kaku, dia melepaskan gelombang puncak kenikmatannya. Jajang dan Sardi benar-benar menyukai saat Dinda orgasme. Ekspresi wajah dan suara lenguhan Dinda saat orgasme memang benar-benar menggairahkan. Jajang dan Sardi menekuk kedua kaki Dinda dan melebarkannya. Setelah suit, Sardi lah yang berhak menjadi orang pertama untuk menyeruput ‘jus’ cinta Dinda. Sementara Sardi mengambil posisi yang pas untuk menenggelamkan wajahnya di selangkangan Dinda, Jajang leluasa menyantap ‘bakpau super’ Dinda sendirian. Sardi geleng-geleng sendiri disuguhi pemandangan yang begitu indah. Selangkangan Dinda memanglah cocok jika disebut surga dunia. Kedua paha putih mulus sebagai halaman depannya, bibir vagina merah merekah sebagai pintu gerbang yang senantiasa menutup rapat agar tak sembarangan bisa masuk ke dalam, dan aroma kewanitaan yang harum sebagai aroma terapi, membuat semua ‘burung’ yang bisa masuk ke dalam tentu akan menyebutnya sebagai surga ‘burung’. Sebagaimana halnya Jajang, tentu Sardi merasa sangat beruntung, burungnya bisa masuk ke dalam dan menikmati semua ‘fasilitas’ yang ada di dalam surga kecil milik anak majikannya yang imut nan cantik itu.

Mulut Sardi langsung menempel bagai mulut lintah, menyedot kuat-kuat cairan vagina Dinda yang memang gurih dan manis itu. Sesekali Sardi mencolok vagina Dinda dengan lidahnya, hanya untuk menggoda birahi Dinda. Jajang langsung menggantikan posisi Sardi saat Sardi mencium bibir Dinda. Semua cairan vagina Dinda tadi tak ditelan Sardi, tapi ditampungnya, untuk berbagi dengan si empunya cairan.
“mmm emmhhhh”. Jajang pun melakukan hal yang sama.
Jajang membelai rambut Dinda yang berantakan sementara Sardi sedang membenamkan wajahnya di payudara kiri Dinda. Jajang dan Sardi membiarkan anak majikannya untuk beristirahat sebentar.
“non Dinda…udah boleh kita sodok-sodok kan nih ?”, tanya Jajang mesum.
“boleh..”. Wajah Dinda memang merah, tapi bukan karena malu melainkan karena tubuh dan wajahnya memang terasa panas dari gairahnya sendiri. Dinda tak merasa malu lagi, dia memang ingin agar Jajang dan Sardi untuk segera menyetubuhinya. Tunggu, kata butuh mungkin lebih tepat daripada kata ingin bagi Dinda sekarang. Dalam kondisi seperti sekarang, artis cantik itu memang butuh sesuatu benda panjang, keras, dan tumpul untuk mengisi relung vagina dan anusnya. Dan tentu si 2 ‘prajurit’ tua itu sudah menyiapkan senjata mereka masing-masing untuk menggempur anak majikan mereka sekaligus melampiaskan nafsu bejat mereka.
“ting tong !”.
“aakhh siapa sih..baru mau mulai”.
“biarin aje Jang, ntar juga pergi sendiri..”.
Wajar jika Jajang dan Sardi ngedumel kesal, nafsu sudah di ubun-ubun kepala, dan anak majikannya juga sudah terlentang dengan sangat pasrah di atas ranjang, sudah siap untuk ‘diterkam’, tapi ada gangguan.
“ting tong !! ting tong !!”.
“akh”.
“udeh sono, Jang..buka pintunye, kayaknye tu orang batu..”.
“lo aje akh !”.
“kan tugas lo buka pintu”, Sardi berdalih, tentu ia tak mau meninggalkan Dinda yang sudah telanjang bulat di atas ranjang.
“sialan lo..yaude, tapi lo jangan mulai duluan !”.
“oke, oke, lo tenang aje..”. Dengan kesal, Jajang keluar kamar. Sardi langsung mendekati Dinda.
“Non Dinda, kita mulai duluan yuk..nggak usah nungguin si Jajang..”.
“em mm..”, Dinda mengangguk sambil mengulum bibir bawahnya. Saatnya menikmati tubuh indah Dinda.
“iya sebentar !”, teriak Jajang dengan nada kesal.
“eh nyonya, tuan, sudah pulang ?”, Jajang kaget setengah mati.
“iya, Jang. Dinda ke mana ?”.
“ada di kamar, mungkin lagi istirahat..biar saya panggil..”.
“nggak usah, Jang..nanti saja ibu dan bapak ke kamar Dinda sendiri…”.
Sang ayah dan ibu masuk ke dalam kamar, barang-barang mereka dibawakan Jajang. Begitu menaruh semua barang, Jajang langsung permisi keluar dan menuju kamar Dinda. Sardi sudah memegangi pinggul dan siap menusukkan batang kejantanannya ke dalam liang vagina Dinda, bahkan kepala penisnya sudah menyelip masuk ke dalam celah sempit itu.
“Di, non Dinda…tuan dan nyonya udah pulang…sebentar lagi mau kesini..”.
“hah ??!!”. Mereka berdua langsung panik, Sardi menarik keluar penisnya dan mengenakan pakaiannya secepat kilat. Begitu juga Dinda, dia langsung memunguti pakaiannya yang berserakan di lantai dan memakainya dengan tergesa-gesa.
“non Dindanya ada, Nya..lagi tidur-tiduran”, terdengar suara Jajang dari luar kamar Dinda. Sardi yang memang tak seharusnya ada, biasanya dia pulang setelah jam 7 malam, langsung meloncat keluar lewat jendela kamar Dinda dan ngacir kabur, untungnya rumah Dinda hanya satu lantai. Bersikap senormal mungkin, Dinda naik ke atas ranjang dan menyelimuti bagian bawah tubuhnya.bDia harus menyelimuti bagian bawah tubuhnya sebab dia tak menemukan celana beserta cdnya. Pintu terbuka, ibu dan ayahnya masuk ke dalam kamar.
“eh Mama Papa ! udah pulang !”, ujar Dinda dengan wajah seceria mungkin.
“iya, kalau lama-lama kasian kamu..”, ucap ibunya sambil duduk di tepi ranjang.
“Mama tau aja hehehe..”, Dinda memang sudah terlatih untuk berakting.
“kamu nggak macem-macem kan selama Papa sama Mama nggak ada ?”, tanya ayahnya.
“nggak dong, Pah. Aku kan anak rajin hehehe”.
“itu baru anak Papa Mama..”. Andai saja kedua orang tuanya tahu, kalau di balik selimut itu, anaknya sama sekali tak mengenakan apa-apa untuk menutupi selangkangannya yang ‘lembap’. Dan andai mereka tahu, selama mereka tak ada di rumah, anaknya dipakai dan ‘dihajar’ habis-habisan oleh pembantu dan supir mereka. Kalau saja mereka tadi pulang telat 1 menit saja, pasti mereka bisa menangkap basah anaknya yang sedang digagahi Jajang dan Sardi. Mereka tak tahu kalau anaknya yang manja dan polos sudah berubah menjadi wanita nakal yang rela memberikan tubuhnya kepada Jajang dan Sardi, menjadi ‘selir’ bagi kedua pria tua itu.
“kenapa kamu pake selimut ? kamu sakit ?”.
“nggak, Mah..engg, aku lagi kedinginan aja..”, ujar Dinda berbohong.
“oh…kamu udah makan belum ? Mama bawa makanan tuh di meja makan ?”.
“ha, makanan ? asiik !! ntar aku nyusul, Mah”.
“iya…”. Orang tuanya pun keluar kamarnya, untungnya mereka tidak sadar kalau anaknya berkeringat meski tadi dia bilang kedinginan. Hawa nafsu yang tadi begitu menggelora tentu membuat tubuh Dinda merasa ‘panas’. Kebiasaan aktingnya memang membantu Dinda untuk mengelabui kedua orang tuanya meskipun dia sedang terangsang berat. Begitu kedua orang tuanya keluar, Dinda langsung nungging dan melongok ke bawah tempat tidurnya. Ternyata benar, celananya ada di sana. Dia langsung mengenakannya dan keluar kamar. Dinda berpapasan dengan Jajang yang baru saja menyiapkan makanan yang dibawa oleh majikannya. Sambil berpapasan, keduanya saling menatap. Tatapan mereka tersirat penuh makna, keduanya sama-sama merasa ada ‘hajat’ yang belum tuntas. Sambil bercengkrama dan makan dengan kedua orang tuanya, Dinda merasa tak nyaman. Vaginanya terasa panas dan gatal, seolah-olah memberikan tagihan kepada otak Dinda. Tagihan berupa benda tumpul yang harus menjejali dan memberikan kenikmatan pada alat kelaminnya. Jam 10 malam, ayah dan ibu Dinda tidur, dan Dinda kembali ke kamarnya. Sementara Jajang juga sedang berusaha keras tidur untuk setidaknya melupakan nafsu binatangnya hari ini. Tapi, tetap saja, dia merasa gelisah dan tak nyaman. Handphone sederhana Jajang pun berbunyi.
“cinta satu malam, oh indahnya…”, bunyi ringtone hp Jajang. Pertama, dia malas, tapi langsung bersemangat ketika melihat nama “non Dinda” tertera di layar hpnya.
“halo, non ?”.
“halo, Pak ?”.
“iya, non. ada apa ?”.
“Pak Jajang lagi apa ?”.
“lagi mau tidur, tapi nggak bisa tidur dari tadi non..”.
“iya, Pak..aku juga..”, suara Dinda terdengar manja sekali.
“mungkin gara-gara tadi belum selesai kali ya ?”, Jajang sengaja menyinggung persetubuhan yang tak selesai tadi.
“mungkin juga..”.
“kalau Pak Jajang tidur di kamar non, boleh nggak ?”.
“nngg..boleh, Pak..”. Dinda tak peduli lagi dengan keberadaan orang tuanya yang sudah pulang, dia tak sanggup menahan rasa tak nyaman di daerah intimnya. Jajang pun merasa senang luar biasa.
“oke non…sekarang Pak Jajang ke kamar non ya..”.
“jangan sampe ketauan Papa Mama, Pak…”.
“beres, non…”.
“tok tok…non Dinda…”, ketukan dan panggilan Jajang dengan pelan. Pintu kamar terbuka pelan. Jajang kaget, Dinda membuka pintu kamarnya dalam keadaan telanjang bulat, tak ada sehelai benang pun menempel pada tubuh indahnya. Seorang gadis ABG cantik seperti Dinda membukakan pintu kamarnya sendiri tanpa mengenakan apa pun benar-benar bagai mimpi para lelaki tua dan jelek seperti Jajang.
“ayo, Pak, masuk…”.
Meski sudah sering melihat tubuh Dinda secara keseluruhan, tetap saja penyambutan Dinda barusan membuat pria tua itu terbengong-bengong. Malam itu, cinta dan gairah melebur menjadi satu, semuanya diumbar dalam persetubuhan yang begitu menggebu-gebu. Untuk meminimalisir suara desahannya, Dinda tak keberatan mulutnya disumpal celana dalam miliknya sendiri. Suara kecipak air, ranjang yang bergoyang, dan desahan Dinda yang tertahan celana dalam sepertinya tidak akan sampai terdengar ke kamar orang tua Dinda karena memang cukup jauh. Begitu beruntungnya Jajang, akhirnya bisa juga dia melampiaskan nafsunya kepada anak majikannya itu, malah lebih baik, tak ada Sardi, kenikmatan dari tubuh Dinda, hanya ia seorang yang bisa merasakannya malam ini. Dari jam 10an sampai jam 1 malam, mereka berdua terus memadu cinta dan nafsu, bukan hanya Jajang, Dinda pun seakan merasa tak cukup, ingin terus menerus, lagi dan lagi. Jam 2 akhirnya mereka sama-sama tak kuat lagi, Dinda sudah merasa sangat lemas, Jajang beserta burungnya pun sudah merasa sangat puas mengubek-ubek liang kewanitaan dan liang anus Dinda.
“makasih, non Dinda…semoga non Dinda mimpi indah..”, ujar Jajang sebelum mengecup kening Dinda dengan kasih sayang. Dinda tersenyum, dan pemandangan terakhir yang diingatnya sebelum tertidur adalah pemandangan senjata Jajang yang sudah layu dan lemas. Keperkasaan benda tumpul itu sudah habis digunakan untuk menggempurnya, dan semua isi yang tadi ada di dalam benda itu kini telah berpindah ke dalam tubuhnya. Isi berupa cairan asin, amis, namun bisa membuat tenggorokan, anus, dan rahim Dinda terasa hangat dan nyaman. Dinda tertidur, Jajang mengendap-endap keluar kamar Dinda, kembali ke kamarnya sendiri untuk tidur nyenyak setelah puas menggarap anak majikannya yang cantik. Alarm membangunkan Dinda seperti biasa, dia masih merasa ngantuk dan pegal-pegal karena tadi malam, tapi dia harus bangun untuk sekolah. Dia membuka selimutnya. Noda putih lengket yang telah mengerak seakan menghiasi vagina dan lubang anusnya. Dia hanya tersenyum, oleh-oleh dari Pak Jajang semalam, pikir Dinda. Setelah mandi, tubuhnya kembali segar dan harum, daerah kewanitaannya pun kembali bersih dan wangi. Dia sarapan dengan kedua orang tuanya. Sesekali Dinda menatap Jajang dengan tatapan yang seolah mengatakan
“terima kasih, nanti malam lagi ya”.
Usai sarapan, Dinda masuk ke dalam mobil dan disupiri Sardi seperti biasa. Tapi, setelah agak jauh, mobil Dinda berhenti. Gadis cantik itu pindah tempat duduk ke samping Sardi.
“non Dinda bisa tidur tadi malem ?”.
“bisa tapi agak susah..kenapa emangnya, Pak ?”.
“Pak Sardi nggak bisa tidur tadi malem..”.
“maaf ya, Pak…”, Dinda merasa tak enak hati. Sardi tak tahu kalau tadi malam Dinda dan Jajang bisa bersetubuh.
“nngg…”. Tiba-tiba Dinda menggerakkan tangannya mendekati selangkangan Sardi.
“non Dinda mau apa ?”. Wajah Dinda memerah saat dia sendiri yang membuka mulutnya sebagai isyarat kalau dia mau mengulum kemaluan supirnya itu.
“non Dinda mau nyepongin Pak Sardi sekarang ?”.
“iyaa..”, jawab Dinda.
“hahaha boleh, non boleh silahkan !!”.
Dinda membuka kancing dan resleting celana Sardi dengan perlahan. Dia mengeluarkan burung Sardi dari sangkarnya. Dengan tangannya yang halus, Dinda mengelus-elus penis Sardi. Sesekali dikecupnya dengan mesra batang hitam berurat itu sampai akhirnya menjadi ereksi penuh, sangat tegang dan keras. Dinda menciumi sekujur batang Sardi dari kepala sampai pangkalnya. Setiap sentinya mendapatkan ciuman mesra dari Dinda. Benar-benar perlakuan yang sangat istimewa dari seorang gadis muda yang cantik terhadap pria tua yang jelek seperti Sardi. Kalau saja kantung zakar Sardi bisa dikeluarkan, mungkin Dinda akan langsung menjilatinya dan mengemuti biji zakar Sardi. Dinda memang sudah keranjingan mengulum kemaluan laki-laki sekarang. Rasa asin, amis, dan bau apek dari selangkangan Sardi maupun Jajang malah membangkitkan nafsu Dinda dan membuatnya ketagihan. Lidah Dinda terjulur keluar dan mulai mengelilingi batang penis kekar itu.
“oooohhh enaakk nooonnhh”, erang Sardi, badannya gemetar dan menggelinjang, nikmat sekali rasanya.
Lidah Dinda terus merayapi setiap jengkal penis Sardi tanpa ada yang terlewat.
“ooouuhhh !! mantaaapphh !!”, desah Sardi keenakan saat Dinda mengilik-ngilik lubang kencingnya. Apalagi saat Dinda menjilati leher penisnya, sungguh kenikmatan tiada tara. Dinda membuka kedua bibirnya dan menelan kepala penis Sardi.
“haph..nyemmhh nyemmhhh”. Dinda mulai mengemut-emut topi merah muda Sardi bagai sedang mengemut permen. Lidahnya juga tak henti-hentinya membelai kepala penis Sardi. Tangannya digunakan untuk mengocok batang Sardi. Semakin lama, kepala Dinda semakin turun, tentu penis Sardi semakin masuk ke dalam mulutnya. Dan akhirnya bibir gadis imut itu sampai menyentuh pangkal penis Sardi.
Benar-benar hangat luar biasa yang menyelimuti penis Sardi. Sardi sampai menahan kepala Dinda agar tetap berada di posisinya yang sekarang karena rasanya sungguh hangat dan nikmat luar biasa. Dinda mulai menggerakkan kepalanya naik turun, mengocok batang penis Sardi dengan mulut mungilnya. Artis yang masih ABG itu kini sudah sangat lihai memainkan lidahnya untuk memanjakan penis lelaki. Mungkin Dinda termasuk orang yang cepat belajar, dalam waktu yang bisa dibilang singkat, Dinda sudah sangat lihai dan seakan sudah sangat terlatih untuk mengulum kemaluan pria. Dia tahu benar cara mencium, menjilat, dan mengulum penis lelaki. Gerakan lidahnya pun seperti wanita yang sudah sering melakukan oral seks.
“ooohhh !! ooohhhh !!!”, sungguh perjalanan yang sangat menyenangkan bagi Sardi. Dinda terlihat begitu menikmati batang penis Sardi. Sementara Sardi tetap bisa menyetir dengan tenang meski Dinda sedang mengulum kemaluannya.
“non Dinda jagoohh nyepoongnyaaa !! ooohhh !!”, racau Sardi.
“mm mm…”, hanya jawaban itu yang keluar dari mulut Dinda.
Dinda semakin kesetanan saat dia merasakan lelehan sperma yang memang biasa keluar dari penis Sardi setelah beberapa lama. Lelehan sperma awal yang biasa disebut pre-cum. Benar-benar nikmat sekali, apalagi saat Dinda menyedot penisnya seperti sedang menyedot minuman melalui sedotan. Pipi gembul ABG imut itu sampai kempot saat dia menghisap kuat-kuat penis supirnya. Dinda sadar kalau dia memang sudah sampai di samping sekolah, tapi dia sedang ‘tanggung’.
“ooohhh dikiiit lagii nonhh !!!”.
“slphh slphhh cllpphh”. Dinda mempercepat gerakan naik turun kepalanya, mengocoknya lebih cepat.
“OOOKKKHHHH !!!!”. Sardi menekan kepala Dinda ke bawah, memastikan gadis cantik itu tak membuang air mani yang dikeluarkan penisnya secara sia-sia.
“uhuk..uhuk..”, Dinda sedikit tersedak pada awalnya, tapi dia bisa menerima semburan-semburan sperma Sardi berikutnya. Tak ada semburan lagi, Dinda mengurut batang penis Sardi ke atas untuk mengeluarkan sisa-sisa air mani yang mungkin masih ada lalu mengulik lubang kencing supirnya itu dengan lidahnya untuk lebih memastikan tak ada larva putih Sardi yang tertinggal. Dinda mengangkat kepalanya, akhirnya dia bisa menghirup udara segar setelah cukup lama hanya menghirup bau apek dari selangkangan Sardi.
Dinda menelan seluruh sperma yang ada di dalam mulutnya sambil diperhatikan Sardi. Pria tua itu merasa puas sekali melihat anak majikannya itu menelan spermanya tanpa jijik sedikit pun. Sardi menyeka sisa-sisa air maninya yang ada di ujung bibir Dinda dengan jempolnya dan memasukkan jempolnya itu ke dalam mulut Dinda. Dinda tak segan-segan mengulum jempol Sardi sebelum dia mengulum sepuluh jari tangannya untuk membersihkan jari-jarinya dari sperma Sardi.
“enak ya, non ?”.
“hm mh..”, Dinda mengangguk malu. Dia mengambil tisu dan mengelap sekitar mulutnya. Kemudian, beberapa tisu lagi dia gunakan untuk mengeringkan penis Sardi yang berlumuran air liurnya. Dinda pun mengecup mesra batang penis Sardi untuk sekali lagi sebelum dia memasukkannya lagi ke dalam sangkarnya dan menutup resleting dan kancing celana Sardi. Perlakuan Dinda tadi benar-benar membuat Sardi merasa seperti raja. Dan Dinda sebagai selir yang sangat memuja-muja kemaluannya itu.
“aku sekolah dulu yaa, Pak..”, Dinda cipika cipiki ke Sardi.
“iyaa, non..”.
“e..non Dinda..”.
“iya, Pak ?”, Dinda kembali melongok ke dalam mobil.
“makasih banyak udah nyepongin Pak Sardi hehehe”.
“sama-sama, Pak..”, jawab Dinda tersenyum manis. Dinda pun menutup pintu mobil dan mulai berjalan ke gerbang sekolah setelah merapikan baju dan rambutnya yang tadi sedikit acak-acakan. Dinda pun menelan permen untuk menyamarkan bau sperma dari nafasnya. Dinda sekolah seperti biasa. Saat jam istirahat, Dinda menelpon Sardi.
“Pak Sardi ?”.
“iya, non ?”.
“ntar nggak usah jemput aku..”.
“kenapa, non ?”.
“nngg…pokoknya Pak Sardi tunggu di rumah kontrakan Pak Sardi aja..”.
“emang mau apa, non ?”.
“aku mau main..”.
“yang bener non ? kalo gitu, Pak Sardi jemput aja non Dinda sekalian yaa ?”.
“nggak usah, Pak..ntar ak dianter temen..ajak Pak Jajang juga yaa..”.
“asiik asiik..oke deh non…”. Sudah terlintas dalam pikiran Sardi, bayangan tubuh telanjang Dinda yang montok. Sambil menunggu temannya, Dinda menelpon lagi.
“halo, Mah…nanti aku mau belajar di rumah temen..pulangnya mungkin malem..boleh ya ?”.
“emangnya mau belajar di rumah siapa ?”.
“di rumahnya Karina..boleh yah, Mah ?”.
“tapi nanti pulangnya Mama suruh Sardi jemput kamu ya ?”.
“ah nggak usah, Mah..ntar aku pulang sendiri..”.
“jangan, kamu nggak boleh pulang sendiri malem-malem..nanti Mama suruh Sardi jemput kamu sekarang n’ nunggu kamu sampai selesai di rumah Karina..”.
“yauda deh, Mah..”. Tak lama, hp Dinda berdering.
“non..nih gimana ? Pak Sardi lagi di jalan..tadi nyonya suruh anter non Dinda..”.
“yaudah, Pak Sardi tunggu aja di kontrakannya Pak Sardi..ntar aku di anter sama temen aku ke kontrakan Pak Sardi..”.
“oh oke deh..asik asik..”.
Dinda pun bersama temannya yang membawa mobil menuju ke kontrakan Sardi. Dengan dipandu Sardi dari telpon, Dinda dan temannya akhirnya sampai juga. Jajang sudah ada di dalam rumah kontrakan Sardi, dia tadi izin ke majikannya dengan alasan ada urusan dengan temannya. Jajang dan Sardi sama-sama gelisah menunggu Dinda datang. Mereka sudah tak sabar ingin melampiaskan nafsu binatang mereka kepada si bidadari cantik, pujaan hati mereka. Sardi langsung berlari membuka pintu. Tanpa basa-basi, Sardi menyosor bibir Dinda dan mendekap tubuhnya. Gadis cantik itu menolak ciuman Sardi dan berusaha melepaskan diri dari dekapan Sardi. Biasanya, Dinda tak menolak.
“ada temen aku, Pak..”. Sardi menengok ke samping. Ternyata memang ada seorang gadis manis. Dinda agak malu juga kepada temannya itu.
“i i..ini kan ??”. Teman Dinda tersenyum manis.
“ini temen aku, Mikha..”.
“Mikha…”.
“Sardi..”.
“a ayo masuk…”. Jajang kaget saat ada gadis lain yang berjalan di belakang Sardi.
“Mi..Mikha Tambayong kan ?”.
“iyaa…”.
Mikha Tambayong
“Jajang..”. Jajang dan Sardi saling bertatapan, kenapa Dinda mengajak Mikha, apa Mikha tau apa yang akan dilakukan Dinda ?. Mungkinkah Dinda memang mengajak Mikha untuk melayani mereka ?, pikir Jajang dan Sardi.
Kalau memang benar, berarti Jajang dan Sardi adalah 2 pria paling beruntung sedunia, ada 2 orang ABG cantik yang mendatangi mereka dan menyerahkan tubuh mereka sendiri dengan senang hati. Jajang lebih memperhatikan gerak-gerik Mikha yang notabene adalah ‘barang’ baru. Wajar memang, ‘barang’ baru lebih mempesona. Tapi, stok lama pun masih keliatan mempesona, terlihat dari tatapan Sardi yang seakan bisa menembus baju seragam Dinda. Burung Sardi masih penasaran belum mendapat jatah berkunjung ke ‘sangkar’ burung milik Dinda. Dinda dan Mikha pun mengobrol dengan asiknya, padahal mereka tahu kalau mereka akan menjadi ‘mangsa’ empuk bagi kedua pria tua yang ada di hadapan mereka. Ya, Mikha memang sudah tahu apa yang akan dilakukan temannya itu. Dinda sudah cerita ke Mikha kemarin saat Dinda sedang kesal. Awalnya, Mikha cukup kaget saat mendengar curhatan temannya yang polos dan manja itu yang mengaku kalau sudah sangat ketagihan disetubuhi supir dan pembantunya sendiri. Tapi, dunia memang sudah gila, pikir Mikha. Dia sendiri telah menjadi jablay para preman (baca kepompong xxx karya Raito Yagami). Lama kelamaan, Dinda dan Mikha merasa hawa tubuhnya jadi panas. Rasa gelitik yang sudah dikenali baik Dinda maupun Mikha sebagai birahi. Rupanya, Jajang telah memasukkan obat perangsang ke minuman kedua ABG cantik itu. Obat perangsang yang kuat, menaikkan gairah orang yang meminumnya berkali-kali lipat sampai tak pandang bulu siapa yang ada di hadapannya. Benar saja, tiba-tiba Dinda dan Mikha berciuman.
“emmmhhh hmmmhhh cccpphhh”. Keduanya mulai dengan kecupan-kecupan ringan.
Lama kelamaan, mereka mulai saling melumat bibir dan menggunakan lidah mereka untuk menambah keasyikan ciuman mereka. Sementara itu, Jajang dan Sardi tak berkedip sama sekali menyaksikan Dinda dan Mikha berciuman. Sampai umur mereka sekarang, mereka belum pernah menyaksikan adegan lesbian secara langsung. Dan sekarang, ada 2 artis muda yang cantik sedang melakukannya di hadapan mereka. Sebenarnya, kedua pria jelek itu sudah ngaceng berat disuguhi pemandangan 2 ABG cantik yang sedang ciuman dengan sangat bergairah.
Namun, Jajang dan Sardi masih ingin melihat apa yang akan dilakukan selanjutnya oleh Dinda dan Mikha yang sudah sangat terangsang karena obat tadi. Dinda belum pernah berciuman dengan seorang wanita, tapi rasanya begitu enak berciuman dengan sahabatnya yang ia kenal di lokasi syuting ini.
“buka !! buka !! buka !!”, teriak Jajang dan Sardi saat Mikha mulai membuka kancing seragam Dinda. Dinda tak mau kalah, dia juga mulai membuka kancing seragam Mikha. Akhirnya, keduanya tinggal memakai bh.
“woooohhh !!!”, Jajang dan Sardi berteriak seru saat Mikha berhasil membuka bh Dinda, tentu Dinda tak kalah diam. Kini, Dinda dan Mikha sama-sama bertelanjang dada, tak ada yang melindungi payudara ranum mereka. Meski, payudara Mikha tak sebesar Dinda, tapi bentuknya sungguh menggemaskan.
“aaaaahhhhh mmmmhhhh uuummhhhhh !!!”, lenguh Dinda yang tengah keenakan merasakan puting kanannya diemut-emut oleh Mikha. Tentu, puting kiri Dinda juga diemuti Mikha.
“ayo non Mikha !! terus sedot susunya non Dinda !!”, teriak Jajang.
Puas mengenyot puting sahabatnya, Mikha memberi Dinda kesempatan untuk melakukan hal yang sama padanya.
“isep yang kuat non !! sampe keluar susunya !!!”, teriak Sardi. Dinda memvariasikan gerakan mulutnya, tak hanya menjilat dan mengemuti puting Mikha, tapi dia juga mengunyah lembut dan menarik-narik puting Mikha dengan mulutnya, seperti yang Jajang dan Sardi sering lakukan terhadap payudaranya. Jajang dan Sardi terus menyemangati bidadari incaran burung mereka masing-masing. Sedangkan, kedua dara cantik itu terus beradegan lesbian di depan Jajang dan Sardi seolah tak mengindahkan keberadaan 2 pria tua itu. Mikha dan Dinda berdiri, bergantian mereka melucuti rok sma dan cd mereka satu sama lain. Jajang dan Sardi tak pernah menduga kalau mereka akan bisa menyaksikan pemandangan 2 orang gadis muda yang sama-sama berparas cantik sedang saling menelanjangi satu sama lain. Benar-benar pemandangan yang sangat indah, yang mungkin tak setiap hari bisa disaksikan. Dinda berhadap-hadapan dengan Mikha. Kedua gadis cantik itu sudah sama-sama telanjang bulat. Tatapan mereka sama-sama sayu, nafsu birahi telah mengambil alih pikiran mereka. Mereka berdua berpelukan erat.
“mmhhhh cccppphhh uummmhhhh”. Dinda dan Mikha saling mencumbu. Saling melumat bibir satu sama lain bergantian, begitu mesra dan begitu bergairah. Tangan Mikha meremas-remas bongkahan pantat Dinda yang kenyal dan memukul-mukulnya saking gemasnya. Sungguh pemandangan yang sangat indah.
“non Dinda sama non Mikha..lanjutin di kamar aja biar lebih enak hehehe..”.
Sardi dan Jajang menggendong Dinda dan Mikha ke dalam kamar. Ditaruhnya kedua gadis yang sudah telanjang bulat itu di atas kasur kapuk milik Sardi. Mikha langsung naik ke atas tubuh Dinda dan langsung mencumbunya lagi. Obatnya benar-benar sangat berkhasiat, lihat saja kedua dara jelita itu seperti kesetanan nafsu birahi.
“mmpphh ccpphhh uummhhh”. Gumaman yang keluar dari mulut Dinda dan Mikha.
Sambil terus melumat bibir Dinda, Mikha menggerakkan tubuhnya untuk menggesek-gesekkan kedua putingnya dan vaginanya dengan milik sahabat satu lokasi syutingnya itu. Nafas Jajang dan Sardi sudah memburu melihat Mikha sedang merangsang Dinda. Tapi, masih penasaran apa yang akan terjadi selanjutnya. Mikha menurunkan ciumannya, mencumbui leher Dinda.
“emmhh…”, desah Dinda. Terlihat sekali kalau Mikha lebih agresif, gadis manis itu tak henti-hentinya menciumi, mencupangi, dan menjilati leher Dinda. Sementara Sardi dan Jajang sibuk melucuti pakaian mereka masing-masing hingga keduanya tinggal memakai kolor saja. Mereka duduk di samping kiri dan kanan kasur, ingin mendapatkan ‘view’ yang lebih baik. Tidak usah dekat-dekat, dari jarak itu, Jajang dan Sardi sudah bisa mencium aroma tubuh kedua ABG cantik itu. Aroma tubuh Dinda dan Mikha yang memang harum ditambah aroma keringat dan gairah dari kedua dara itu benar-benar memancing syahwat Sardi dan Jajang. Meskipun begitu, Sardi dan Jajang bingung juga, hanya dalam kesempatan singkat dan cukup mudah, sebentar lagi mereka bisa menikmati tubuh seorang artis yang bernama Mikha Tambayong. Benar-benar terlalu mudah, datang, ngobrol sebentar, kasih obat perangsang, dan langsung bisa melihat seorang Mikha Tambayong bugil. Tapi, bodo amat, pikir Jajang dan Sardi. Mungkin mereka memang hoki. Lagipula, jika Mikha datang bersama Dinda, tentu Dinda sudah memberi tahu kepada Mikha apa yang akan ia lakukan di rumah seorang pria tua.
“ummhhhh uummm”, lenguh Dinda.
Mikha sedang asik mengenyoti kedua puting Dinda silih berganti. Sementara Jajang dan Sardi asik meremasi dan menepoki pantat Mikha. Kali ini, Mikha memajukan tubuhnya, memberikan kedua buah payudaranya untuk dihisapi Dinda.
“eemmmhh ummmmhhh !!”, desahan seksi keluar dari mulut Dinda dan Mikha. Desahan kenikmatan dari kemaluan mereka yang sedang dikorek-korek Jajang dan Sardi.
“Paak Jajanng iseenghh..”, lirih Mikha manja sambil melirik ke belakang dengan tatapan nakal.
“udah nggak tahan, non…pengen ngobel-ngobel memeknya non Mikha hehehe..”.
“yaudaahh, Paakkhh teruusshhh ooohhhh !!!”, pinta Mikha. Benar dugaan Jajang, si bidadari hitam manis ini memang lebih liar dibandingkan dengan si bidadari putih menggemaskan alias Dinda.
To be continued…

Dinda Kirana Part III

Bagikan :
tempat kobokan’ barang baru sudah penuh, tentu tangan Sardi sudah bisa ditebak sedang berada dimana. Ya, tentu, supir paruh baya itu sedang asik mengubek-ubek celah sempit sang anak majikan. Untuk melampiaskan rasa nikmatnya, Mikha dan Dinda pun berciuman lagi. Semakin diobok-obok, semakin panas cumbuan mereka berdua. Tampuk kekuasaan memang ada di tangan kedua pria tua itu. Kedua dara cantik itu hanyalah bagai boneka untuk melampiaskan nafsu si 2 pria bandot. Sardi dan Jajang begitu asik memainkan jemari mereka di kemaluan 2 artis ABG yang sedang naik daun itu.
“oohhh oohhh aaammhhh”, desahan keduanya terdengar begitu merdu. Mikha dan Dinda saling berpelukan erat.


“EEMMHHHH !!!”, mereka berdua sama-sama mengejang. Cairan hangat keluar dari liang kenikmatan Dinda dan Mikha. Jajang dan Sardi mengulum jari mereka yang berlumuran cairan vagina Mikha dan Dinda. Seperti biasa, liang vagina memang terasa manis dan gurih. Sedangkan vagina Mikha rasanya luar biasa gurih.
Mikha tiba-tiba berdiri dan langsung mengangkangi wajah Dinda. Sepertinya akan ada pemandangan yang lebih menarik daripada sebelumnya. Tubuh Dinda langsung bergetar saat lidah Mikha menyentuh bibir kemaluannya.
“ummhh ummhh emmhhh”, lidah Mikha lah yang menjadi penyebab Dinda menggelinjang dan mendesah. Tak mau kalah, Dinda menusuk-nusuk celah sempit Mikha dengan 2 jarinya. Mikha asik menjilati kemaluan Dinda sementara Dinda asik mengobel-ngobel alat kelamin Mikha. Jika dibandingkan, vagina Dinda masih lebih ‘suci’ daripada vagina Mikha. Meskipun tidak suci dalam arti harfiah, namun setidaknya cuma ada 2 batang kejantanan yang masuk ke dalam tubuh Dinda setiap hari. Sedangkan, Mikha selalu mendatangi markas preman untuk menyerahkan dirinya sendiri hampir setiap hari. Tentu tak hanya 2 atau 3 preman saja yang harus dilayani Mikha. Kadang 5, 8, 10, bahkan pernah Mikha digilir sampai 20 orang preman. Tapi, entah kenapa, vagina Mikha tetap terlihat bagus dan rapat.
Kedua gadis cantik jelita itu begitu bersemangat, dua-duanya semakin gencar saling mengorek-ngorek dan menggerogoti vagina satu sama lain seakan mereka sedang mengadakan lomba untuk membuat lawan orgasme terlebih dahulu. 2 pria tua nan jelek itu asik menonton Dinda dan Mikha yang terus saling ‘memanaskan’ suasana. Bahkan Jajang mendekatkan wajahnya ke selangkangan Dinda yang sedang digeluti lidah Mikha, menyaksikan betapa asiknya gadis manis itu menggeluti kemaluan sahabatnya sendiri.
“memeknya non Dinda enak ya, non ?”, ujar Jajang.
“bangeth..”.
“rasanya gimana ?”.
“manisshh..”. Jajang tersenyum saja.
“emmmhhh”, lirih Mikha, rasanya ada 2 jilatan pada vaginanya. Ternyata memang Sardi pelakunya.
“ooohhhh oohhhh !!”. Mikha menggeliat-geliat merasakan 2 sapuan lidah di vaginanya. Melihat Sardi sedang ‘menyerang’ vagina bidadari incarannya, Jajang tak mau ketinggalan. Diserbunya vagina Dinda, bekerja sama dengan Mikha. Terjadilah pemandangan yang sangat aneh namun sangat ‘panas’.
Pemandangan dari 2 ABG cantik yang bugil dan saling menggerogoti vagina satu sama lain, sementara ada 2 pria tua yang juga menyerbu vagina mereka. Harusnya Dinda sudah kalah duluan, jika dilihat dari ‘pengalaman’. Dinda hanya harus melayani 2 pejantan tangguh saja sehari-harinya, jumlah yang sedikit daripada Mikha. Tapi, Dinda terlihat masih kuat menahan. Mikha pun cukup kaget. Ternyata sahabatnya ini cukup kuat.
“emmhh emmhh uuunnhhh EEMMMHHHH !!!!”, Dinda sudah tak kuat menahan puncak orgasmenya akibat serbuan lidah Mikha dan Jajang di vaginanya lebih lama lagi. Cairan vagina yang terpancar keluar dari alat kelamin Dinda langsung diperebutkan Jajang dan Mikha. Lidah keduanya sama-sama menyelip masuk ke dalam liang ‘hangat’ milik Dinda untuk mengais sisa-sisa sari vagina Dinda yang mungkin masih tersisa di dalam.
“emmhh ccpphh emmmhh”. Mikha dan Jajang berciuman, lidah mereka saling bertaut, saling berbagi cairan vagina Dinda. Cairan vagina Dinda yang bercampur dengan ludah Jajang diteguk habis oleh Mikha.
Sementara Sardi dan Dinda masih belum berhasil membuat Mikha orgasme, keduanya masih bekerja sama menjilati vagina Mikha. Berciuman dengan ABG di dekat selangkangan ABG lainnya benar-benar beda rasanya. Impian yang menjadi nyata.
“hmmhhh eempphhh”, gumam Mikha yang tertahan dengan bibir Jajang. Lidah Dinda dan lidah Sardi bergerak semakin lincah di selangkangan Mikha. Tak jarang, lidah Dinda dan Sardi bersinggungan dan saling belit. Semakin enak, Mikha semakin mendorong bagian bawah tubuhnya ke belakang, menyodorkan daerah intimnya ke Dinda dan Sardi.
“eemmpphhh NNNGHHHH !”. Mikha mengejang hebat dan menekan tubuhnya ke arah belakang. Cairan kenikmatan langsung mengalir keluar dari vagina gadis manis itu. Sardi langsung menyeruput setiap tetes cairan vagina Mikha, Dinda hanya mendapatkan lelehan-lelehannya saja. Gurih sekali rasanya, baru kali ini Dinda mencicipi ‘rasa’ vagina selain miliknya sendiri. Ternyata, meskipun rasanya memang agak mirip-mirip, tapi ada sedikit rasa yang berbeda, seperti mempunyai ciri khas masing-masing.
Seperti sudah tahu, Mikha memajukan pinggulnya untuk memberikan keleluasaan pada 2 sejoli yang ada di ‘bawah’ sana untuk berciuman. Sama seperti yang dilakukan Jajang dan Mikha tadi, Sardi pun mencium Dinda untuk mentransfer cairan vagina Mikha ke mulut Dinda.
“emmphh mmmhhh”. Jajang menjauh dari kasur, dia berdiri lalu meloloskan kolornya. Batang besar, panjang, dan berurat melompat keluar dari dalam kolor Jajang. Mikha memperhatikan penis Jajang. Tak percaya pada apa yang ia lihat. Lebih besar dari batang preman-preman yang pernah ia hadapi. Itukah batang yang harus dihadapi temannya yang mungil itu ?, tanya Mikha. Dia tak habis pikir, temannya yang berwajah imut-imut harus menghadapi tongkat sebesar dan sepanjang itu. Dan itu baru miliknya Jajang, belum miliknya Sardi. Mikha yang sekarang sudah menjadi maniak seks, merasa cemburu sekaligus merasa sedikit kalah.
Merasa kalah karena temannya yang baru saja mengenal sex tapi sudah bisa melayani 2 batang kejantanan besar tiap hari dengan baik. Dan merasa cemburu karena Dinda tentu bisa terpuaskan dengan 2 tongkat perkasa di rumahnya setiap hari.
“non Mikha…ayo sini non..”, Jajang menggerakkan penisnya memanggil Mikha untuk mendekat. Sudah biasa ‘diumpani’ kemaluan laki-laki, Mikha seperti tersihir. ABG manis itu langsung merangkak mendekati penis Jajang. Ya, benar-benar merangkak, dengan lutut dan kedua tangannya, seperti hewan berkaki empat yang mendekati majikannya saat dipanggil. Mikha memang sudah terbiasa merangkak seperti ini saat di sarang preman.
“wah non Mikha penurut ya…hehehe”, leceh Jajang. Mikha hanya tersenyum, dan menggenggam batang kejantanan Jajang. Begitu keras dan kokoh. Mikha sampai menelan ludah. Lorong vaginanya terasa semakin lembap dan gatal, memegang penis sebesar dan sekeras milik Jajang.
“cuph ccphh cuupphh”, gadis manis berkulit sawo matang itu mulai mengecupi sekujur batang penis Jajang. Kepala, leher, batang, pangkal, dan kantung buah pelir Jajang, semuanya mendapatkan kecupan mesra dari Mikha.
Jajang memang sangat menyukai saat kemaluannya dikecupi seperti ini, rasanya seperti sedang ‘dimanjakan’. Setiap hari, dia menyuruh Dinda untuk mencumbui penisnya sebelum dan sesudah seks. Nikmat dan rasanya memang seperti raja yang sedang dilayani selirnya. Beda lagi dengan Jajang, bagi Mikha, kecupan-kecupan mesra pada kemaluan lelaki adalah bentuk pemujaannya terhadap pria yang dilayaninya, bisa dibilang, ‘ucapan’ selamat datang ke benda tumpul milik pasangannya sebelum digunakan untuk mengaduk-aduk alat kelaminnya. Kalau Dinda, sudah tak heran lagi, begitu asik mencumbui alat kelamin Jajang karena sudah biasa. Tapi, Mikha baru pertama kali, namun dia begitu luwes dan sangat ‘nyaman’ mencumbui alat kelamin Jajang. Jajang pun agak bingung, tapi yang pasti, Jajang tahu kalau gadis manis yang sedang menciumi alat kelaminnya sekarang sudah sering menangani kejantanan lelaki. Dilihat dari cara memegang, cara mengenggam, dan cara menciumnya, pastilah bukan kali pertama.
Gadis manis itu benar-benar terlihat sangat menikmati benda tumpul yang ada di tengah selangkangan Jajang. Lidahnya pun menjulur keluar, menjalar di bagian bawah batang Jajang, berulang-ulang. 2 sisi batang Jajang juga dijilati dengan begitu nikmatnya oleh Mikha. Mikha mengangkat batang Jajang agar bisa menciumi, menjilati, dan mengemuti kantung buah pelir Jajang.
“emmmh…enaak”, desahan itu bukan keluar dari mulut Jajang tapi malah mulut Mikha. Terus menerus lidah Mikha asik menjalari batang kejantanan Jajang. Tanpa segan, Mikha membenamkan wajahnya di selangkangan Jajang, menghirup dalam-dalam aroma selangkangan Jajang yang bau apek itu. Jajang sendiri tak percaya, gadis manis yang baru dikenalnya ini bahkan lebih agresif daripada anak majikannya yang sudah sering diumpani penisnya. Mikha membuka mulutnya.
“haaphh…”.
“ooh angeethh”, kehangatan mulai menyelimuti tongkatnya. Tongkat yang telah menaklukkan Dinda sampai benar-benar takluk padanya.
Bibir Mikha menempel dengan rambut kemaluan Jajang yang berarti seluruh batang Jajang telah berada di dalam mulut Mikha. Mikha mulai mengemut-emut kemaluan Jajang, menyedot alat kelamin pria tua itu sampai pipinya kempot.
“oohhh”, desah Jajang merasa keenakan. Benar-benar nikmat rasanya, alat kelaminnya disedot-sedot oleh ABG berwajah manis. Kulum, jilat, cium, dan kocok, Mikha benar-benar menikmati batang Jajang. Lidahnya tak pernah berhenti menjalari tongkat Jajang. Buah pelir Jajang juga terus diemut-emut oleh Mikha.
“ooh enaakhh nonnhh..”, Jajang merinding saat lubang kenciknya dikilik-kilik oleh Mikha. Mikha menelan lagi penis Jajang dan mulai menggerakkan kepalanya maju-mundur. Jajang merasa bibir Mikha seperti mengurut ‘junior’nya karena mengatup kencang menjepit batangnya di antara bibir atas dan bawah ABG itu. Mikha terus mengulumi dan menyedot kemaluan Jajang lebih kuat dari sebelumnya seakan jika tak menyedot kemaluan pria tua itu, hidupnya akan berakhir.
Seolah, penis Jajang adalah sumber energi kehidupannya, itulah pemandangan Mikha yang terlihat begitu ‘menggandrungi’ penis Jajang. Mungkin bagi Mikha, penis Jajang bagai es krim batangan yang harus dinikmati hingga tetes terakhir. Sementara pembantu tua itu sedang keenakan karena otongnya dikulum dengan begitu hebatnya oleh si ‘barang baru’ alias Mikha, temannya, si supir tua sekarang sudah berada di atas tubuh Dinda dan menindih tubuh putih mulus itu.
“emmhh uummm ccmmpphh”. Sardi tengah asik memagut bibir Dinda. Melumat habis-habisan bibir mungil nan lembut itu. Tonjolan di kolornya benar-benar tepat bersinggungan dengan vagina Dinda. Bedanya, vagina Dinda yang juga sudah ‘on fire’, terbuka bebas, tanpa ada penghalang apapun, sedangkan burung Sardi masih terkungkung di dalam kolor. Meskipun masih berada di dalam ‘sangkar’nya, tetap saja burung Sardi tahu harus mengacung ke mana. Tak lain dan tak bukan, ‘menunjuk’ ke bawah, yaitu lembah kenikmatan milik Dinda.
Keduanya tentu juga sama-sama tahu, alat kelamin mereka masing-masing sudah tak sabar untuk saling ‘diadu’. Saling bersinggungan dan saling bergesekkan. Vagina Dinda sudah terasa gatal, minta digasak dan diaduk-aduk tongkat Sardi. Dan tongkat Sardi juga butuh tempat untuk diobok-obok. Namun, mereka berdua sama-sama tak mau buru-buru. Karena kemarin tak kesampain melampiaskan nafsunya kepada anak majikannya itu, tentu Sardi ingin berlama-lama menikmati tubuh Dinda untuk mengobati kerinduannya akan kemolekan dan keindahan tubuh Dinda yang putih mulus itu. Sementara si tempat pelampiasan nafsu alias si Dinda juga ingin melayani Sardi dengan tubuhnya sampai supirnya itu benar-benar terpuaskan. Dinda merasa mempunyai kewajiban untuk melayani supirnya itu sebaik-baiknya karena merasa kasihan dengan Sardi gara-gara tak jadi mendapatkan jatah sementara Sardi mendapatkannya.
“non Dinda..”.
“Pak Sardi…”. Entah terdengar romantis atau nafsu, keduanya saling mendesahkan nama satu sama lain terus menerus di sela-sela ciuman mereka yang semakin hangat dan romantis, namun tetap menggebu-gebu bagai pasangan pengantin baru.
Satu tangan Sardi pun sudah mencengkram payudara kanan Dinda dan meremas-remasnya dengan lembut. Emang empuk n’ kenyal toketnya non Dinda, pikir Sardi. Tatapan mata senang ditunjukkan Dinda. Dia merasa senang berada di bawah Sardi. Merasa dilindungi Sardi. Sardi menghentikan ciumannya untuk melepaskan kolornya. Dia ingin ikut bertelanjang ria dengan anak majikannya yang sudah telanjang lebih dulu dan sudah terlentang pasrah di depannya. Dinda tersenyum ke arah Sardi. Dia menatap benda tumpul milik Sardi yang mengacung tepat ke arahnya. Salah satu dari 2 benda tumpul yang sudah sering mengaduk-aduk baik liang anusnya maupun liang vaginanya. Dinda mengangkat kedua tangannya ke atas, gadis imut itu menantikan Sardi untuk menindihnya dan mencumbunya lagi. Tentu Sardi tanpa aba-aba langsung menomplok tubuh sekal Dinda.
“hihihi ! geliii, Paakhh !!”, desah Dinda manja, Sardi asik menggelitik daun telinga Dinda diselingi dengan mencumbui lehernya.
“hmm eemmhh eemm”, kini Dinda melirih pelan, merasakan nikmat saat kedua putingnya diemut-emut oleh Sardi. Beda dengan sebelum-sebelumnya, kali ini tubuh sekal Dinda hanya untuk Sardi seorang. Tak ada yang mengganggunya, Sardi bisa leluasa menikmati setiap jengkal dari tubuh Dinda yang begitu padat berisi karena pejantan tangguh yang satu lagi alias Jajang sudah mendapatkan mangsanya sendiri. Sesekali Sardi menggerakkan pinggulnya berputar, batangnya pun seperti sengaja digilas-gilaskan ke selangkangan Dinda. Tapi, memang menimbulkan rasa nikmat yang beda. Begitu juga yang Dinda rasakan.
“non Dinda mau ngemut permen batangan kan ?”, canda Sardi porno. Dinda yang tentu mengerti apa yang dimaksud Sardi, tersipu malu sambil tersenyum dan mengangguk perlahan. Sardi tidur terlentang di samping Dinda. Gerakan perlahan Dinda yang bangun dan berdiri di atas tubuh Sardi benar-benar begitu seksi dan sensual. Tubuh telanjang Dinda benar-benar terlihat sangat menggairahkan.
Dinda menurunkan tubuhnya dan memundur-mundurkan pantatnya sedikit demi sedikit untuk memarkir bagian bawah tubuhnya tepat di wajah Sardi. Begitu vagina wangi itu tersaji di depan wajahnya, Sardi langsung menyerbunya dengan ganas.
“ooh eemmhh aaahhmmmm”, Dinda langsung menggeliat hebat. Lidah Sardi benar-benar lincah mengubek-ubek alat kelamin sang ABG cantik sampai ABG itu belingsatan tak karuan diterpa rasa nikmat yang begitu banyak.
“hmmpph nyymmhhhh”. Dinda langsung mencaplok burung Sardi. Mengulumnya dengan penuh semangat dan bernafsu, melampiaskan rasa nikmat yang sedang dirasakannya. Merasa batang kejantanannya disedot kuat-kuat oleh Dinda, Sardi pun semakin intens menjilati alat kelamin anak majikannya itu. Terjadi hubungan sinergis antara keduanya. Sesuai dengan istilah ilmu biologi yaitu simbiosis mutualisme, dua-duanya saling memberikan keuntungan atau dalam hal ini, kenikmatan.
Berbeda dengan pasangan anak majikan-supir itu dimana Dinda yang berada di atas dan mengangkangi pejantannya, pasangan lainnya, yaitu ABG manis-pembantu malah terjadi kebalikannya. Malah Jajang yang mengangkangi wajah Mikha, mencelup-celupkan tongkat saktinya ke dalam mulut Mikha sambil terus mengobrak-abrik daerah intim ABG manis itu dengan lidah terlatihnya. Lidah yang sama terlatihnya dengan lidah Sardi. Semua itu karena mereka berdua mempunyai ‘tempat’ latihan, tentu tempat latihan yang dimaksud adalah V-zone milik Dinda yang selalu terbuka lebar untuk mereka. Mikha tak terlihat tidak nyaman dalam posisi itu, dia terlihat baik-baik saja. Padahal baru ‘pemanasan’, tapi aroma sex begitu kental tercium di kamar Sardi. Tentu aroma itu lebih kuat tercium dari tubuh Dinda dan Mikha. Memang secara alami, betina lah yang mengeluarkan hormon feromon untuk mengundang pejantan datang jika dalam masa kawin. Begitu juga yang terjadi pada duo artis itu. Secara alami, tubuh mereka menyebarkan hormon feromon untuk menambah gairah sekaligus memberi tahu kalau mereka siap untuk dikawini dan melakukan reproduksi ke pejantan mereka masing-masing.

Pemandangan yang ada pun begitu menggairahkan. Dinda, ABG berwajah imut yang mempunyai tubuh putih mulus dan padat berisi sedang mengangkangi seorang pria tua, menyerahkan kemaluannya sambil mengulumi batang kejantanan pria tua tersebut. Sementara Mikha, ABG berwajah manis yang mempunyai tubuh jenjang sedang dikangkangi pria tua yang satu lagi. Vaginanya disedot-sedot sambil dicekoki penis pria tua itu. Jajang dan Sardi tentu tak akan berhenti menggragoti vagina Mikha dan Dinda sebelum mendapatkan lelehan cairan yang rasanya asin, gurih, sekaligus manis dari kemaluan 2 artis muda itu.
“EEMMMMMHHHHH !!!”. Dinda mengejang dan menekan vaginanya ke wajah Sardi.
“ssrrppp ssrrphhh”, tanpa menyia-nyiakan setetes pun, Sardi mengkokop ‘sari’ vagina Dinda seperti orang yang menyeruput air dari mangkuk. Begitu kiranya tak ada yang menetes keluar lagi dari alat kelamin Dinda, Sardi mengais-ngais liang vagina Dinda, mendapatkan cairan nikmat yang mungkin masih tersisa di dalamnya.
Dinda masih asik menjilati ‘batang eskrim’ milik Sardi, gadis cantik itu kelihatan sangat menikmatinya.
“ayo non…kita mulai yuk..”, ujar Sardi menepuk pantat Dinda. Dinda pun langsung mengangkat vaginanya dari wajah Sardi. Dinda duduk di perut Sardi dan tersenyum manis. Ada seorang gadis muda yang sangat cantik dan telanjang, duduk di atas perutnya adalah pemandangan yang sangat indah untuk pria tua seperti Sardi. Sardi pun mengelus-elus pinggang Dinda. Sungguh sempurna lekuk tubuh anak majikannya itu. Apalagi kedua ‘kelapa’ miliknya. Tubuh yang sangat sintal untuk seorang ABG berumur 16 tahun. Dinda mengangkat pinggulnya sambil memegangi batang Sardi.
“emmm….”. Dinda melirih pelan. Senti demi senti penis Sardi membelah dinding vagina Dinda yang tadinya menutup erat. Dua-duanya mendapatkan kenikmatan ragawi dari alat kelamin mereka yang sekarang sudah saling mengunci posisi.
“emm emm emmmm”. Dinda berpegangan pada perut Sardi dan mulai menggerakkan pinggulnya naik-turun.
Sementara itu, Jajang yang sudah puas mengobel-ngobel alat kelamin mangsa barunya, kini tengah memposisikan penisnya untuk digunakan sebagai tongkat sodok. Tapi, dia sengaja memukul-mukulkan dan mengelus-eluskan penisnya ke belahan vagina Mikha. Ekspresi wajah Mikha yang semakin terangsang memang benar-benar menggairahkan.
“mm…ayooohh, Paaakkhh !!”, pinta Mikha ‘frustasi’.
“ayo apa, non ?”.
“masukkinnhh !!”.
“masukkin apa, non ?”, goda Jajang sambil terus menggesek-gesekkan penisnya ke belahan bibir vagina Mikha.
“kontolnyaaahh !!!”, erang Mikha dengan nada kesal.
“oohh bilang dong non..hehe nih !! jlebb !”. Jajang menusukkan penisnya dengan kuat.
“aaahhhh !!”. Benar-benar seperti orang yang mau menyumbat saluran.
“sakit yah, non ?”, tanya Jajang agak kasihan melihat ekspresi wajah Mikha.
“ng nggaakhh, Paakh..lagi..”, pinta Mikha manja.
“wah non Mikha seneng ya dituncep ?”. Mikha mengangguk pelan. Bagaimana mungkin, Mikha tak menyukainya.
Dia sudah sangat sering diperlakukan seenaknya oleh preman-preman yang memakai tubuhnya untuk melampiaskan nafsu mereka. Mulutnya biasa dicekoki penis seenaknya oleh para preman. Relung tubuhnya yang lain yaitu, vagina dan anusnya juga dirojoki penis preman-preman dengan kasar dan brutal sehingga tak heran kalau dia jadi suka ‘main kasar’ karena biasa diperlakukan seperti itu.
“jlebbh !”.
“AAHHH !!”.
“JLEEBHH !”.
“AAHH !!”. Setiap kali Jajang menusukkan penisnya, setiap kali itu juga Mikha mengerang. Lama kelamaan, tusukan-tusukan Jajang semakin kontinyu, tanpa jeda, dan akhirnya dia mulai menggenjot kemaluan Mikha.
“eemmhhh aaahhhh ooohhhh uuummmhhhh”.
“OOHH UUUMMHHH AAAHHHH !!!”. Suara desahan Dinda dan Mikha memenuhi ruangan. Tak akan ada yang menyangka, di dalam rumah kontrakan yang kecil dan sederhana itu, ada 2 orang dara cantik jelita yang sedang bersenggama dengan 2 pria tua nan jelek. Yang satu sedang di sodok-sodok, sedangkan yang satu lagi sedang ‘menggodok’ penis.
Meski sama-sama sedang melayani pria paruh baya, namun Mikha dan Dinda berbeda 180 derajat. Mikha lebih condong ke arah hardcore. Semakin disodok keras, Mikha semakin menyukainya. Sedangkan, Dinda bergoyang-goyang di atas penis Sardi dengan begitu perlahan. Goyangan Dinda tak begitu liar, namun karena begitu perlahan, malah terlihat begitu sensual. Kadang Dinda menurunkan payudaranya hanya untuk sekedar membiarkan supirnya itu bisa mengenyoti susunya, selain itu Dinda mencium Sardi dengan penuh kehangatan dan begitu mesra. Bergumul dengan Dinda memang benar-benar bisa mendapatkan kenikmatan bercinta sepenuhnya. Tak hanya dengan Sardi, dengan Jajang pun, Dinda melayani dengan sepenuh hati. Pelayanan nafsu birahi yang tak hanya dengan tubuh montoknya, tapi dengan seluruh hati dan perasaannya. Begitu total melayani 2 pria tua itu tiap harinya. Dinda memutar tubuhnya, vaginanya yang menjepit kencang burung Sardi membuat Sardi mengerang kenikmatan. Serasa dipelintir. Dinda jadi membelakangi Sardi. Dia merebahkan tubuhnya ke belakang.
Indah sekali pemandangan selangkangan Dinda yang sedang dikait oleh penis sebesar penis Sardi. Tiba-tiba Mikha naik ke atas tubuh Dinda dan menungging ke atas.
“eemmmhhh !!”. Tanpa disuruh, tongkat sodok Jajang langsung menusuk masuk lagi ke dalam tubuh Mikha, tapi kali ini bukan ke kemaluan gadis manis itu melainkan ke lubang pantatnya.
“anjriith !!”. Jajang keenakan, ‘perangkat kawin’ miliknya serasa dicengkram kuat oleh liang anus Mikha. Jajang mulai menyikati liang anus Mikha dan Sardi mulai menyodok-nyodokkan penisnya ke atas, menusuk vagina milik anak majikannya. Jadilah dua artis ABG yang begitu cantik jelita tertumpuk di antara himpitan 2 orang pria tua dengan penis yang mengait tubuh mereka masing-masing.
“emmhh eemmm”. Dinda dan Mikha bercumbu dengan penuh gairah sementara bagian bawah tubuh mereka sedang diobrak-abrik oleh Sardi dan Jajang. Sebuah pemandangan fantasi yang begitu liar. Payudara Mikha menekan dan menempel payudara Dinda bagaikan terlem dengan kuat.
“ooohhh oohhh oohhh teruusshh Paaakkhh !!!”.
“terusshh soodookhh Paaakkhhh !!!!”.
“cllkk cllkk ckckck pokk pookk”, bunyinya tak karuan. Desahan, lirihan, dan erangan 2 pasang manusia yang tengah berasyik masyuk diiringi dengan irama kecipak air dari vagina si 2 gadis remaja yang sudah banjir serta bunyi selangkangan yang saling bertumpukkan. Memang tak ada yang lebih nikmat lagi selain menggagahi gadis muda yang cantik, Jajang dan Sardi merasakan nikmat luar biasa itu. Apalagi tubuh Dinda dan Mikha yang harum mewangi, membuat 2 pria tua itu semakin betah menjajah tubuh sang 2 dara cantik. Liang vagina Dinda dan liang anus Mikha terus disodok-sodok dan diaduk-aduk sampai mereka orgasme.
“plook plook !! EGGHHH OOOOKKHHH !!!”. Jajang menekan kuat-kuat penisnya agar menancap sampai ujung liang anus Mikha.
“mmm…”, gumam Mikha merasakan hangat di liang anusnya. Sardi pun sedang memancarkan spermanya ke rahim Dinda. Dinda memejamkan matanya, kelihatan kalau dia begitu meresapi kehangatan sperma supirnya di rahimnya.
Jajang pun menindih Mikha dengan penis yang masih menyemburkan sperma meski lama kelamaan mulai berkurang. Benar-benar seperti hidran air, pikir Mikha. Kalau tiap hari gini, kok Dinda gak hamil ya?, tanya Mikha dalam hati. Kedua ABG itu memang terkulai lemas namun stamina mereka masih banyak, terlihat dari Mikha yang mulai mencumbu Dinda. Sementara Sardi yang sudah tak berada di bawah Dinda dan Jajang yang sudah tak lagi menindih Mikha menonton mereka beradegan lesbian sambil menunggu penis mereka kembali menegak untuk bisa digunakan mengobrak-abrik kedua gadis bernafsu tinggi itu. Padahl baru kenal, tapi peju gue udah di boolnye, mantap, pikir Jajang. Dia merasa puas dan beruntung bisa menyetubuhi artis ABG yang cantik lainnya yaitu Mikha Tambayong.
“Jang..gimane si non Mikha ? mantep ?”, bisik Sardi.
“jempol dua pokoknye..”.
“tukeran nyok ? gue pengen nyobain..”.
“okeh..gue juga lagi pengen ngentotin anak majikan kita tersayang”.
“non Mikha..”, Sardi menoel pantat Mikha. Mikha menoleh ke belakang.
“sekarang sama Pak Sardi yuk ?”.


“tapi…bukannya…?”, Mikha terbengong-bengong melihat batang kejantanan Sardi. Sudah tegak mengacung lagi padahal baru 1 menit usai memuntahkan lahar putihnya ke dalam rahim Dinda. Setidaknya, biasanya, >3 menit baru bisa bangun lagi. Mikha langsung mengangguk penuh semangat dan langsung menggelayut manja kepada Sardi.
“non Dinda…sekarang ama Pak Jajang yuk ? hehehe…”.
“ehm mm”, Dinda menggigit bibir bawahnya sambil mengangguk dan membuka kedua tangannya seolah mempersilakan pembantunya itu untuk menomplok dirinya. Jajang dan Sardi benar-benar beruntung, bisa menggumuli 2 orang artis ABG cantik yang melayani nafsu mereka berdua tanpa paksaan, malah dengan senang hati. Sungguh beruntung. Dari sore sampai jam agak malam, Jajang dan Sardi asik ‘mementungi’ 2 ABG cantik itu. Dan 2 artis muda itu melayani pentungan Jajang dan Sardi dengan senang hati.
Setiap ronde, Jajang dan Sardi selalu bertukar-tukar. Setelah dengan Dinda, Jajang dengan Mikha, begitu seterusnya dan sama halnya dengan Sardi. Kadang kedua pria tua itu mengeroyok Dinda saja atau Mikha saja. Pokoknya semaunya Jajang dan Sardi saja. Medan pertempuran mereka pun tak hanya di kamar Sardi saja. Di depan tv, kamar mandi, dapur, semuanya menjadi arena pergumulan mereka. Benar-benar impian lelaki bisa menggumuli 2 gadis ABG cantik yang juga artis terus menerus tanpa ada yang mengganggu. Burung Jajang dan Sardi puas ‘muntah’ ke dalam liang anus dan liang vagina baik milik Dinda ataupun Mikha. Kedua dara cantik itu sudah lemas, dan akhirnya tertidur dengan saling berpelukkan. Pemandangan 2 gadis ABG tidur dengan telanjang bulat memang sangat indah, apalagi berpelukan seperti Dinda dan Mikha sekarang. Benar-benar membuat pria ingin sekali tidur di antara mereka, namun Jajang dan Sardi tak mau mengganggu karena Dinda dan Mikha terlihat lelah sekali, lagipula ‘jarum suntik’ kebanggaan mereka sudah kering kerontang dan harus diistirahatkan sebelum bisa ‘berguna’ sebagaimana mestinya lagi. Jajang dan Sardi pun mengenakan pakaian dan keluar kamar, duduk di depan tv.
Waktu berlalu. Sementara 2 ABG yang telah digempur habis-habisan oleh mereka itu tertidur pulas, si 2 pria tua perkasa ngaso di depan tv sambil merokok.
“gile Jang, tuh ABG 2 kuat banget..kontol gue ampe letoy gini..”, ujar Sardi sambil menghisap rokok dan duduk santai di tv mungilnya bersama Jajang.
“gue juga, tapi bener-bener PUAS !! HAHAHA !!!!”.
“yoi, mimpi ape kite ye..udah bisa ngentotin Dinda Kirana sama Mikha Tambayong sekaligus, WAHAHAHA !!”.
“mimpi ketiban duren kali yee HAHAHA !!”.
“emang bener kata temen gue, Jang”, ujar Sardi sambil menghisap rokoknya.
“apaan emang ?”.
“nggak butuh tampang keren, uang banyak…yang penting kontol gede, masih bisa dapet cewek cakep HAHAHA !!!”.
“BENER HAHA !!”. Tiba-tiba, ada seseorang yang keluar dari kamar.
“eh non Mikha udah bangun…”. Mikha tersenyum.
“ayo sini non…nonton bareng kita..”.
“iya, Pak..ntar, aku mau ke kamar mandi dulu..dimana wcnya, Pak ?”.
“di pojok sana, non..”, arah Sardi. Mikha langsung menuju kamar mandi dan berlalu melewati Jajang dan Sardi. Tubuh telanjang Mikha yang lewat di depan mereka benar-benar ‘iklan’ yang menyenangkan.
Mikha pun kembali beberapa menit kemudian. Sepertinya dia membersihkan daerah intimnya yang tadi belepotan sperma.
“ayo sini, non..”. Jajang memberi tempat di antara mereka berdua. Mikha duduk di tengah-tengah mereka. Meski telanjang bulat, Mikha tak canggung duduk di antara 2 pria tua itu. Tak mungkin ia canggung, di sarang preman, dia bahkan telanjang dengan ada banyak pria di sekelilingnya.
“gimana, non ? puas kan kita entotin..”.
“emm..”, Mikha mengangguk malu-malu. Meski sudah terbiasa memuaskan nafsu laki-laki, tapi dia masih malu jika ditanya seperti itu. Mereka bertiga mengobrol, saling bertukar cerita. Tentu ceritanya tak jauh-jauh dari Dinda. Sambil mengobrol, tangan Jajang dan Sardi tentu menggerayangi tubuh indah yang ada di antara mereka. Mikha senyum-senyum saja tanpa berusaha menyingkirkan tangan-tangan jail 2 pria tua itu.
“emmm…”, Mikha mulai terangsang.
“non..kita maen lagi yuk ?”. Mikha pun mengangguk malu-malu.
Pantes aja si Dinda sampe keblinger, pikir Mikha yang kagum dengan keperkasaan 2 pria tua yang ada di samping kanan dan kirinya. Dengan kompak, Jajang dan Sardi mulai menciumi leher Mikha sambil menggenggam payudaranya yang mungil namun menggemaskan itu, masing-masing menggenggam satu buah. Namun, tentu Jajang dan Sardi sadar kalau ‘tongkat dobrak’ masih perlu dicas beberapa menit lagi sebelum bisa mencolok gadis manis yang sudah pasrah itu. Saat tengah asik menggerayangi tubuh Mikha, Dinda keluar kamar, membawa kabar kurang baik.
“Pak Sardi, Pak Jajang..pulang yuk..”. Jajang dan Sardi pun berhenti melakukan aktivitasnya.
“lho, kenapa, non ? bukannya non Dinda sama non Mikha betah di sini hehe..”.
“iyaa, non..ntar aja jam 11an ?”.
“Mama udah nyuruh pulang..”.
“yaah, yaudah deh..”.
“aku mandi dulu yaa..”, ujar Dinda seraya memungut seragamnya yang berserakan di lantai dan menuju kamar mandi.
“brrmm !! brrmm !!”, Sardi memanaskan mobil.
Semuanya sudah berpakaian lengkap seperti semula.
“non Dinda…Pak Jajang mau jalan-jalan dulu sama non Mikha. boleh kan ?”.
“ha ? beneran, Mi ?”.
“iyaa, gue sama Pak Jajang mau jalan-jalan..”, ujar Mikha sambil tersenyum.
“oh yaudah..kalo gitu, gue pulang duluan yaa, Ka…”, Dinda cipika cipiki dengan Mikha. Jajang ikut dengan mobil Mikha. Sementara Dinda naik ke mobilnya bersama Sardi. Di perjalanan pulang, setiap kali mobil berhenti baik terkena lampu merah atau terjebak macet, pasti Sardi langsung mencium Dinda seakan kejadian di rumah kontrakannya tadi tak cukup.
Tentu tak akan cukup. Laki-laki manapun tentu pasti ingin lagi dan lagi mendapatkan kenikmatan dari gadis ABG secantik Dinda. Lagipula dia begitu pasrah. Namun, karena sedang di jalan, setidaknya dia bisa menikmati betapa lembut bibir anak majikannya itu dan juga menikmati kocokan pada penisnya, pikir Sardi. Ya, sepanjang perjalanan pulang, tangan kanan Dinda berada di dalam kolor Sardi. Memijati dan mengocokki batang perkasa itu. Bahkan, tangan Dinda tetap mengocokki penis supirnya itu meskipun tangan kirinya sibuk mengetik sms di hpnya seolah tak terjadi apa-apa. Tentu Sardi tak keberatan Dinda memain-mainkan burungnya. Yang repot kalau nanti sudah sampai rumah, pasti dia ditinggalkan anak majikannya itu dengan barang ngaceng berat. Tapi, tak apa lah, wong enak dikocokkin, pikir Sardi. Begitu sampai di rumah, Dinda langsung masuk ke dalam rumah.
“kamu nggak makan dulu ?”.
“nggak, Mah..tadi udah makan..aku mau langsung tiduuurr…hooaahmm”. Andai saja ayah dan ibunya tahu kalau anaknya itu lelah karena melayani nafsu bejat supir dan pembantunya.
Dan coba saja, ibunya mencium tangan anaknya itu. Pastilah tahu kalau tangan anaknya itu bau ‘burung’. Bagaimana tidak bau, selama 20 menit berjalanan, tangan Dinda berada di dalam kolor Sardi.
“ini, Nyah..kuncinya…”.
“Sardi..kamu tahu Jajang ke mana ?”.
“kayaknya sih nginep di rumah temannya…ada urusan katanya…”.
“oh..”.
“yaudah, Nyah..saya pulang dulu..”.
“hati-hati di jalan…”. Sardi berjalan keluar dengan langkah yang terasa berat, nafsunya akibat kocokan Dinda selama perjalanan pulang tadi.
“ssst…pak Sardi…”. Sardi mencari sumber suara itu. Ternyata itu Dinda yang melongok keluar dari jendela kamarnya.
“ada apa non ?”.
“sshh…sini…”, ucap Dinda dengan suara pelan.
“ada apa, non ?”, Sardi ikut berbicara pelan setelah mendekati jendela kamar anak majikannya itu.
“mm…Pak Sardi mau pulang yaa ?”.
“iya, non..kenapa ?”.
“Pak Sardi nggak usah pulang..nginep aja…”.
“nginep ? pasti nggak boleh sama Nyonya n’ Bapak non..”.
“ya nggak usah bilang…”.
“maksud non ?”.
“mm…”.
“Pak Sardi mau kan temenin aku tidur ?”, ucap Dinda malu-malu. Meski sudah berkali-kali disenggamai supirnya itu, tentu Dinda masih malu untuk mengundang supirnya itu ke dalam kamarnya.
“ha ? yang bener non ?”, wajah Sardi sumringah.
“em mm..”, Dinda mengangguk perlahan sambil mengulum bibirnya. Tanpa pikir panjang, Sardi langsung memanjat naik jendela kamar Dinda dan langsung masuk ke dalam kamar.
“wah…non Dinda…”. Sardi benar-benar terkejut melihat anak majikannya itu. Dinda hanya mengenakan hem seragamnya saja, roknya sudah lepas dari tubuhnya. Dinda sangat terlihat seksi. Tapi, Sardi baru kepikiran. Kalau dia langsung menggagahi Dinda, pasti nanti terdengar keluar.
“Pak..aku mau mandi dulu yaa…”. Dinda membersihkan tubuhnya. Tubuh putih mulusnya kini kembali bersih dan harum.
“non buka dong handuknya..”. Dinda hanya tersenyum saja dan membuka lilitan handuknya untuk mempertontonkan tubuhnya ke supirnya itu.
Meski tak mengenakan sehelai benang pun dan ada Sardi di kamarnya, Dinda beraktifitas seperti biasa di kamar. Belajar, membereskan rak buku, memasukkan pelajaran besok ke tasnya, semuanya dilakukan Dinda dengan keadaan telanjang bulat dan keberadaan Sardi di kamarnya, seperti tak ada siapa-siapa. Ya meskipun, Sardi mengisenginya dan mengerayangi tubuhnya, Dinda hanya tersenyum seolah sudah lumrah baginya dan memang dia tak berhak menolaknya. Benar-benar khayalan terliar untuk laki-laki tua seperti Sardi. Berada di dalam kamar seorang gadis ABG cantik dan bisa melihat gadis ABG itu beraktifitas sambil bugil.
“bentar, Pak..”. Dengan mengindik-indik, Dinda keluar kamar lalu kembali.
“Papah Mamah udah tidur, Pak…”.
“kalau gitu…”, Sardi menatap tubuh Dinda yang berdiri membelakangi pintu dengan tatapan mesum. Dinda langsung mengangguk pelan. Sardi langsung mendekap tubuh semok itu.
“tapi non..ntar nggak kedengeran keluar ?”.
“nggak, Pak…kemarin Pak Jajang juga nemenin aku…”.
“jadi kemarin Pak Jajang sama non Dinda tidur bareng…”.
Dinda mengangguk perlahan.
“wah enak banget tuh si Jajang…non Dinda juga gak bilang-bilang Pak Sardi…”. Dinda tersenyum malu.
“awas ya non…pokoknya non Dinda gak bakal selamet…”, ucap Sardi gemas.
“aahh, Paak…geli…”, desah Dinda manja. Sardi pun langsung mengangkat tubuh Dinda dan menaruhnya di atas ranjang. Meski tadi sudah dinikmati dari sore, tubuh indah Dinda yang terlentang pasrah di atas ranjangnya sendiri benar-benar memancing nafsu Sardi. Dia pun langsung menomplok tubuh sintal anak majikannya itu. Baik si pria tua jelek maupun si gadis ABG cantik sama-sama merasa belum cukup dengan persenggamaan mereka dan ingin saling adu kemaluan mereka lagi sampai benar-benar puas. Sementara Sardi bercinta dengan sangat bergairah dan nafsu yang sangat menggelora, Jajang dan Mikha juga sedang bersenggama dengan penuh nafsu dan liar di sebuah motel sederhana. Jajang ketagihan dengan keagresifan Mikha dan Mikha sangat kecanduan dengan keperkasaan Jajang. Alat kelamin mereka seakan tak mau dipisahkan.
Jajang pun kembali ke rumah Dinda keesokan hari dengan rasa puas. Isi burungnya benar-benar dikuras habis oleh gadis berparas manis itu. Sementara Mikha pulang dulu ke rumahnya untuk mandi dan berganti baju, pergi ke sekolah setelah digempur habis-habisan oleh pembantu teman baiknya itu. Sungguh hari yang sangat tak terlupakan bagi 









mereka berempat.
Setelah kejadian hari itu, Dinda memberi tahu Sardi untuk masuk ke kamarnya lewat jendela saja jika sudah di atas jam 11. Sardi merasa senang sekali diberitahu Dinda, dia diperbolehkan ‘mengunjungi’ anak majikannya itu meski ada orang tuanya. Malam-malam berikutnya, Jajang dan Sardi ‘menginvasi’ kamar anak majikannya sekaligus meniduri yang empunya kamar setiap malam. Kadang Jajang yang datang duluan, kadang Sardi. Tak masalah siapa yang datang duluan, Dinda selalu menerima kedua pria tua itu dengan senang hati. Dan yang paling ‘menyegarkan’ bagi Jajang dan Sardi, Dinda selalu telanjang bulat saat membukakan pintu untuk Jajang dan jendela untuk Sardi. Sebuah pemandangan indah yang tentu akan membuat mata menjadi segar di malam hari. Dinda memang sengaja menelanjangi dirinya sendiri setelah masuk kamar pada jam 10an atau jam setengah 11an. Dia ingin Jajang dan Sardi tahu kalau dia selalu ‘siap’ di kamarnya untuk mereka berdua. Dan kadang, sambil menunggu kedua pejantannya datang, Dinda belajar dalam ketelanjangannya itu, Dinda sangat menyukainya, belajar tanpa mengenakan apapun, rasanya bebas dan cepat masuk, pikir Dinda.
Tentu Jajang dan Sardi yang selalu menyebar benih-benih mereka di dalam rahim Dinda setiap malam akhirnya membuat Dinda hamil. Dinda akhirnya mengaku pada orang tuanya. Kedua orang tuanya tentu geram luar biasa, Jajang dan Sardi langsung dipecat dan Dinda juga diusir, bikin malu keluarga. Dinda pindah ke rumah kontrakan Sardi bersama Jajang juga. Dengan uangnya sebagai artis, Dinda pun membeli rumah itu dari pemiliknya. Artis imut itu pun terpaksa berhenti sekolah, tapi baginya tak mengapa karena akhirnya dia bisa bersama kedua pria tua yang telah menaklukannya itu tanpa takut ketahuan siapapun lagi. Dinda begitu mencintai Jajang dan Sardi, tak ada lagi keluarga baginya selain kedua pria tua itu. Dan Jajang dan Sardi pun tak menganggap Dinda sebagai tempat pelampiasan nafsu saja, tapi juga seorang istri yang membutuhkan kasih sayang dari mereka berdua.
Dinda, seorang artis muda dan imut itu kini sedang mengandung anak dari 2 orang pria tua yang tak lain adalah mantan supir dan pembantunya. Dia sama sekali tak menyesal, dia malah ingin segera menghantarkan buah cintanya bersama Jajang dan Sardi yang ada di dalam rahimnya itu ke dunia dan mengurusnya dengan sepenuh hati. Jajang dan Sardi tak tahu anak siapa yang ada di perut ABG cantik itu, tapi pasti keduanya berperan besar. Meski sedang hamil muda, Dinda selalu melayani nafsu kedua pejantannya itu. Kehidupan ranjang kedua pria tua itu sangat menyenangkan dengan adanya Dinda yang siap melayani mereka kapan saja. Namun, semakin lama perut Dinda semakin besar dan terlalu beresiko untuk menyetubuhinya, Jajang dan Sardi cukup tahu hal itu. Ternyata keberuntungan Jajang dan Sardi belum berakhir.


















“non Mikha ?”, tanya Jajang yang kaget melihat Mikha berdiri di depan pintu dengan tas koper.
“Pak Jajang…aku…”.
“kenapa, non Mikha ? kok bawa koper gede gini ?”.
“aku kabur dari rumah..”.
Mikha langsung memeluk Jajang.
“udah non..udah..mending non Mikha masuk dulu…”. Mikha kabur dari rumah karena tak tahan dengan kedua orang tuanya yang selalu bertengkar. Awalnya, Mikha bingung kabur kemana, tapi dia ingat kalau Dinda diusir dari rumah dan tinggal bertiga dengan Jajang dan Sardi. Semenjak hari itu, Mikha sudah memutuskan tak mau pulang meski dibujuk orang tuanya. Gadis manis itu lebih memilih tinggal bersama Dinda, Sardi, dan Jajang. Tentu Sardi dan Jajang yang untung, dengan adanya Mikha, mereka bisa asik melampiaskan nafsu mereka setiap hari. Benar-benar beruntung kedua pria tua itu. Kehidupan mereka seperti di negeri dongeng tiap harinya, harmonis dan bahagia. Tak ada yang merasa tersisihkan, Jajang dan Sardi sama-sama menyayangi kedua bidadari yang sedang mengandung anak dari hasil ‘perbuatan’ mereka berdua. Ya, Mikha juga sudah hamil sama seperti Dinda. Jajang dan Sardi sangat memperhatikan kebutuhan 2 ABG yang sudah merelakan masa depan hanya untuk mereka berdua.
1 tahun kemudian, buah hati mereka telah lahir. Umur bayi Dinda dengan bayi Mikha hanya berselisih 3 bulan. Jajang dan Sardi pun telah mendapatkan pekerjaan. Sardi mendapatkan pekerjaan sebagai supir taksi. Sedangkan, Jajang menjadi OB di suatu perusahaan. Orang-orang tentu tak akan menyangka, Jajang yang hanya OB dan Sardi yang hanya supir taksi memiliki 2 buah hati dari 2 orang gadis cantik yang dulunya artis. Meski 2 buah hati mereka itu tak begitu jelas siapa ayahnya, yang pasti 2 gadis cantik itu hamil karena ulah Jajang dan Sardi. Mikha dan Dinda begitu mencintai Jajang dan Sardi, sampai-sampai mereka berdua mentato permanen nama Jajang dan Sardi di tubuh mereka.
Kedua pria tua itu merasa senang luar biasa, setiap hari melihat nama mereka ada di atas bibir vagina dan kedua bongkahan pantat 2 dara jelita itu, menandakan kalau hanya mereka yang bisa mengakses daerah tersebut. Suatu pagi, seperti pagi-pagi biasanya, Dinda dan Mikha menyiapkan sarapan untuk Jajang dan Sardi.
“Mah Alisha sama Ricky belum bangun ?”. Alisha adalah anak dari rahim Dinda dan Ricky adalah anak dari rahim Mikha.
“belum, masih tidur”, jawab Dinda. Dengan seenaknya, Jajang mencengkram bongkahan pantat Dinda dan meremas-remasnya. Tentu Dinda tak marah.
“oh iya..gimana tadi malam, Mah ? puas kan ? hehe”. Dinda menggigit bibir bawahnya dan mengangguk. Tadi malam, dia digempur habis-habisan oleh Jajang. Sardi tiba-tiba menyelinap masuk ke dalam daster Mikha. Tadi malam, dia menjadi algojo dan mengeksekusi Mikha. Dia sedang memperhatikan ‘hasil’ kerjanya di selangkangan Mikha. Ya, dibalik dasternya, Dinda dan Mikha tak mengenakan pakaian dalam. Mereka tak mau repot-repot mengenakan bh dan cd lagi sebab Jajang dan Sardi selalu melepaskannya dari tubuh mereka.









“Papa ngapain sih ?”, tanya Mikha.
“pengen ngeliat pejunya Papa bekas tadi malem masih ada apa nggak hehehe”.
“ya masih ada lah, Pah..gimana sih..”, canda Mikha. Asik sekali jadi Jajang dan Sardi sekarang. Sudah sarapan disuapi, mereka bebas menggerayangi daerah intim Dinda dan Mikha. Dinda dan Mikha meloloskan daster mereka. Sardi menepuk-nepuk pangkuannya sambil menatap Dinda. Dinda langsung duduk di pangkuan Sardi, tapi berhadap-hadapan. Mikha duduk di pangkuan Jajang.
“emmmhhh mmmhhhh”, kedua gadis cantik itu melirih pelan karena payudara kanan mereka sedang disedot. Cairan hangat yang rasanya manis dan gurih sedang disedot keluar dari payudara mereka. Dinda dan Mikha memang tak hanya menyusui bayi mereka saja, tapi juga ‘menyusui’ Jajang dan Sardi tiap pagi. Bagai bayi yang sangat kehausan, Jajang dan Sardi menyedot kuat-kuat susu yang keluar dari payudara kanan Dinda dan Mikha. Inilah aktivitas kedua gadis cantik itu setiap pagi. Nikmat dan segar rasanya susu Dinda dan Mikha.
“teerusshh Paahhh !!”, Dinda memang sangat suka saat Jajang atau Sardi menyusu kepadanya.
Dia merasa sebagai ibu dan seksi sekaligus. Sementara itu Mikha membelai kepala Jajang.
“hmmm emmmhhh…”, lirih Mikha dan Dinda. Susu 2 dara jelita itu sungguh manis dan segar. Mikha turun dari pangkuan Jajang. Sudah habis ASI di payudara kanannya. Dinda juga sudah selesai menyusui Sardi. Sungguh asik rasanya. Tanpa repot-repot berpakaian, Dinda dan Mikha mengantar Jajang dan Sardi sampai ke depan rumah. Benar-benar kehidupan yang sempurna bagi Jajang dan Sardi. Mikha dan Dinda langsung berlari masuk ke dalam rumah, takut ada yang melihat ketelanjangan mereka. Mereka berdua memungut daster mereka, tapi tak mengenakannya. Mereka lebih suka telanjang bulat saat beres-beres rumah. Tubuh mereka penuh dengan bekas cupangan dimana-mana, tentu bekas cupangan Jajang dan Sardi. Itulah keseharian Dinda dan Mikha yang kini telah mempunyai anak karena ‘keusilan’ Jajang dan Sardi. Tubuh mereka hanyalah untuk Jajang dan Sardi dan hidup mereka sekarang hanya untuk merawat kedua buah hati mereka dan juga melayani Jajang dan Sardi sepenuh hati









1 komentar:

  1. Casino Rewards | JTG Hub
    ‎New Casino 공주 출장안마 Rewards · ‎Casino Rewards · ‎Casino 오산 출장마사지 Rewards · ‎Deposit Promotions 대구광역 출장안마 · ‎Promotions 부천 출장안마 · 시흥 출장샵 ‎Casino Rewards

    BalasHapus